Hari Pentakosta

Pentakosta Jamak

Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang. Karena melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, (KPR 10:45)

Pengantar

            Hari itu persis 50 hari setelah Tuhan Yesus bangkit mengalahkan kematian. Hari ini Gereja Tuhan mengingat peristiwa itu sebagai satu peristiwa penting yaitu hari dicurahkannya Roh Kudus ke atas orang percaya mula-mula dan lahirnya gereja sulung di Yerusalem; peristiwa ini yang kita kenang sebagai  hari Pentakosta.

Namun kita patut menyimak pula dua peristiwa “Pentakosta” lainnya, Roh Kudus turun atas orang percaya serta lahirnya gereja dari ethnik yang berbeda dengan gereja di Yerusalem. Saya menyebutnya sebagai Pentakosta Samaria dan Pentakosta Kaisarea. Walau tidak terkait lagi dengan bilangan 50 hari setelah kebangkitan Tuhan Yesus.

Pentakosta Pertama (Yerusalem)   

Saat itu kaum Israel dari mana-mana berkumpul di Yerusalem untuk mengingat hari khamisyim yom (hari ke-50) seperti tertulis dalam Imamat 23:16 atau hari raya buah bungaran (yom habbikurim) (Kel 34:22). Kota Yerusalem saat itu ramai oleh para peziarah (termasuk yang bermukin di luar tanah Kanaan) yang datang untuk memenuhi tuntutan keagamaan yang diajarkan bapak Musa. Selain orang Yahudi ada pula para mualaf contohnya seorang sida-sida, pejabat  dari Etiopia (KPR 8:27).

Saat itulah Roh Kudus turun atas murid-murid Tuhan Yesus. Hari itu pula lahir gereja pertama sebagai buah dari kotbah perdana rasul Petrus. Gereja sulung ini pada umumnya adalah orang-orang Yahudi. Hari itu sekitar 3000 orang memberi diri dibaptis (KPR 2:41). Peristiwa inilah yang saya sebut sebagai Pentakosta Pertama. Hari turunnya Roh Kudus atas orang percaya di Yerusalem.

Sejak waktu itu berita Injil tersebar bukan hanya di tanah Kanaan, melainkan terbawa ke tempat asal para peziarah Yahudi dan para mualaf itu. Sebagai contoh sebelum seorang rasul pun berkunjung ke Damsyik, di kota itu telah ada orang percaya yang membuat seorang radikalis militan panas hati dan meminta ijin kepada para petinggi agama Yahudi untuk melakukan sweeping di sana (KPR 9:2). Sangat mungkin Injil diberitakan oleh para peziarah tersebut.

Pentakosta Kedua (Samaria)

Adalah pula peristiwa turunnya Roh Kudus yang terjadi di Samaria di antara orang Samaria. Saat itu orang-orang Samaria yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai hasil pemberitaan Injil oleh Filipus telah pula dibaptis (KPR 8:12). Namun mereka belum menerima Roh Kudus (8:15,16). Rasul Petrus dan Rasul Yohanes yang sengaja datang dari Yerusalem berdoa dan tumpang tangan atas orang-orang Samaria itu barulah mereka menerima Roh Kudus (8:17).

Rupanya pengaturan Tuhan secara khusus terhadap orang Samaria ini  dengan tujuan untuk menghilangkan prasangka negatif orang Samaria terhadap orang Yahudi. Tuhan Yesus sendiri pernah sampaikan kepada  perempuan Samaria bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yoh 4:22).  Dengan peristiwa penundaan penerimaan Roh Kudus saat mereka percaya itu,  bangsa Samaria harus mengakui wibawa rasuli para rasul  berbangsa Yahudi itu.

Peristiwa penumpangan tangan oleh kedua rasul dari Yerusalem itu walaupun laporannya berbeda dengan pentakosta Yerusalem, rupanya bisa disaksikan. Simon seorang yang baru percaya, mantan tukang sihir terpesona oleh peristiwa itu (KPR 8:18). Tentunya ada tanda luar yang tampak sebagai penanda penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang Samaria itu. Peristiwa kelahiran gereja Samaria dan turunnya Roh Kudus di Samaria ini yang  saya sebut sebagai Pentakosta kedua, walau tidak ada kaitan  lagi dengan khamisyim yom.

Pentakosta Ketiga (Kaisarea)

Pentakosta Ketiga adalah peristiwa  yang terjadi di Kaisaria, persisnya justru di rumah seorang mualaf agama Yahudi. Mualaf ini bernama Kornelius, aslinya adalah seorang perwira pasukan Italia. Ia dan seisi rumahnya dikenal saleh, takut akan Allah Yahudi serta rajin berdoa (KPR 10:1,2).

Suatu petang saat sang perwira menjalankan ibadah petang, ia mendapat penglihatan. Seorang malaikat menyatakan bahwa semua ibadahnya itu berkenan kepada Allah. Kemudian malaikat itu memberi  petunjuk agar menjemput Simon Petrus untuk datang ke rumahnya (KPR 10:4,5). Tanpa ragu-ragu Kornelius, segera melaksanakan petunjuk malaikat itu.

Di tempat yang lain Rasul Petrus  sedang menginap di rumah Simon, penyamak kulit (KPR 9:43) di kota Yope. Petang itu saat beliau sedang  menjalankan ibadahnya, beliau  mendapat penglihatan yang kemudian beliau memahaminya sebagai petunjuk Tuhan bahwa beliau tidak boleh bersifat rasis, tidak boleh anggap orang bukan Yahudi sebagai najis atau tidak tahir (KPR 10:28).  Rupanya penglihatannya itu untuk menyiapkan beliau memenuhi panggilan ke rumah perwira Kornelius itu. Tanpa penglihatan itu beliau tidak siap datang ke rumah bukan orang Yahudi (KPR 10:28).

Saat Rasul Petrus menjelaskan jalan keselamatan di dalam Kristus, terjadilah peristiwa tercurahnya Roh Kudus atas orang-orang yang hadir di rumah perwira Kornelius itu (KPR 10:44). Peristiwa ini persis seperti peristiwa yang terjadi di Yerusalem atas diri para rasul dan murid-murid Tuhan lainnya. Tidak pelak lagi peristiwa itu mempesona orang percaya Yahudi yang datang Bersama rasul Petrus (KPR 10:45,46). Saya sebut peristiwa ini sebagai Pentakosta ketiga.

Dua hal penting dari peristiwa Pentakosta ketiga ini adalah: (1). Keselamatan tidaklah cukup hanya dengan berbuat kesalehan. Kornelius dan keluarganya sudah terbilang saleh, namun mereka harus beriman kepada Tuhan Yesus, Sang Juruselamat manusia. (2). Tuhan peduli akan bangsa-bangsa bukan Yahudi juga. Keluarga Korneliuslah yang dipakai sebagai contohnya. Tuhan mengubah pula hati Rasul Petrus agar tidak bersikap rasis.

Keunikan Peristiwa Pentakosta

            Para rasul dan orang percaya lainnya telah mengikut Tuhan Yesus beberapa tahun sebelumnya. Namun mereka masih harus menunggu 10 hari lagi setelah Tuhan naik ke sorga sebelum mereka menerima Roh Kudus (KPR 1:4,5). Baru saat Pentakosta itulah mereka menerima Roh Kudus (KPR 2:1-4).

Inilah keunikan pertama dari peristiwa Pentakosta itu. Paristiwa ini hanya terjadi satu kali itu saja, tidak terulang (dengan sedikit kekecualian atas orang Samaria). Masa selanjutnya setiap orang percaya langsung menerima Roh Kudus. Hal inilah yang ditekankan para rasul dalam pengajarannya.

Misalnya, rasul Paulus bertanya kepada para murid Tuhan di Efesus, ”Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi  percaya?” (KPR 19:2). Harusnya saat percaya itu, mereka terima Roh Kudus. Kemudian hari dalam suratnya kepada jemaat di Efesus  rasul Paulus menulis bahwa saat seseorang percaya langsung dimeteraikan Roh Kudus (Efs 1:13).

Masa selanjutnya saat seseorang mengambil keputusan untuk beriman kepada Tuhan Yesus, saat itu juga orang itu menerima Roh Kudus. Orang tersebut tidak harus menanti saat lain untuk menerima Roh Kudus. Kita harus yakini pengajaran para rasul ini, bukan mencari pengalaman serupa pengalaman para rasul saat Pentakosta pertama itu. Karena pengalaman para rasul itu unik untuk mereka semata.

Keunikan kedua, agak semirip dengan pengalaman para rasul yaitu orang Samaria belum langsung menerima Roh Kudus saat mereka percaya dan memberi diri dibaptis. Namun keadaan itu pun hanya sekali itu juga untuk meruntuhkan sekat sentimen ethis antara orang Samaria dengan orang Yahudi. Selanjutnya orang Samaria lainnya tidaklah mengulang pengalaman unik di peristiwa Pentakosta kedua itu.

Sedangkan peristiwa Pentakosta ketiga di Kaisarea yang mempesona orang- orang Yahudi yang menyaksikannya itu, menjadi pola umum untuk orang-orang percaya selanjutnya di segala tempat. Saat itu mereka mendengar berita Injil dari Rasul Petrus, mereka mengambil keputusan untuk percaya. Saat itu juga mereka menerima Roh Kudus (KPR 10:43, 44). Baru setelah itu mereka menerima baptisan air (KPR 10:47,48).

Orang percaya pada masa kini, pengalaman seperti pengalaman keluarga dan kerabat Kornelius inilah yang akan dialaminya. Bisa jadi variasinya beragam. Ada yang percaya sesaat setelah mendengar Injil yang diberitakan kepadanya, dan saat itu juga ia menerima Roh Kudus (Efs 1:13). Namun mungkin orang itu diharuskan mengikuti kelas pembinaan terlebih dahulu sebelum menerima baptisan air. Yang lainnya bisa jadi sudah menerima baptisan air (namun baru ikut-ikutan), kemudian ia beriman secara sungguh-sungguh, dan saat itulah ia menerima Roh Kudus itu.

Penutup

            Roh Kudus yang turun dan mendiami generasi pertama orang percaya pada hari Pentakosta itu, telah memberi kuasa kepada seorang mantan nelayan untuk menjadi pengkotbah yang berwibawa. Ajakannya bersambut, sekitar 3000 orang memberi diri dibaptis. Karena kuasa Roh Kudus itu, Injil diberitakan dengan berani. Kemudian Injil dibawa dan diberitakan oleh para peziarah yang balik ke tempat asalnya.

            Kehadiran Roh Kudus tidak pernah tanpa dampak kepada pemberitaan Injil. Hal ini menggenapi janji Tuhan Yesus bahwa Roh Kudus itu memberi kuasa untuk jadi saksi-Nya (KPR 1:8). (PurT) 

Leave a Reply

Your email address will not be published.