Kesetiaan Allah Menggenapi Janji-Nya Kepada Israel

Nats: Yosua 1:1-8
Pembicara: Dr. Nimrod F. Faot
Editor: Jema Loria Pelawi, S. Th.

Melalui perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir kita menyaksikan bagaimana Allah  setia terhadap janji-Nya untuk membawa mereka masuk ke tanah Perjanjian. Terbukti bahwa kebebalan hati bangsa Israel sekalipun tidak mampu membatalkan janji Allah.  Kepada mereka Allah menunjukkan banyak keajaiban.  Diantaranya yang menakjubkan adalah, laut teberau terbelah menjadi dua (Kel.14),  tembok Yerikho yang runtuh (Yos.6),  matahari yang berhenti supaya Israel dapat mengalahkan musuhnya (Yos. 10) dan masih banyak keajaiban yang Tuhan berikan untuk menjaga Israel dari ancaman, yang pasti setiap kali bangsa Israel kehabisan akal untuk menyelamatkan dirinya, Allah selalu turun tangan untuk menolong mereka. 

Tidak cukup sampai di sana, kesetiaan Allah juga terbukti ketika Dia memberikan tongkat kepemimpinan Musa kepada Yosua. Allah sendiri yang memilih Yosua berdasarkan kedaulatan-Nya. Pemilihan itu dimulai dengan kalimat “Berfirmanlah Tuhan” (Yos. 1:1). Tentulah Allah tidak memilih sembarangan orang, Yosua dikatakan sebagai orang yang memiliki Roh kebijaksanaan (Ul. 34:9).  Secara pengalaman Yosua tidak perlu diragukan, empat puluh tahun dia membantu Musa di padang gurun, dia pernah menjadi panglima tentara perang ketika melawan bangsa Amalek, Yosua bersama Kaleb juga berani berbantah-bantahan dengan orang Israel untuk mengungkapkan kebenaran. Yosua punya banyak  pengalaman hebat sebelum memimpin, namun hal yang mestinya kita soroti adalah bagaimana Allah berinisiatif mempersiapkan dan menetapkan Yosua menjadi pemimpin supaya bangsa Israel berhasil memasuki tanah perjanjian.  Bukankah hal itu  merupakan bukti  bahwa Allah setia bekerja untuk menggenapi janji-Nya? Tidak sampai di sana, Allah  sendiri memberikan jaminan keberhasilan bagi Yosua dan  mengarahkan setiap langkah yang akan diambilnya (Yosua 1:6-9). Dengan demikian, dipilihnya Yosua untuk melanjutkan kepemimpinan Musa bukanlah sebuah kebetulan melainkan sebuah bukti bahwa Allah tidak pernah lupa pada janji-Nya.

Allah Setia Dengan Janji-Nya

Nats: Ulangan 34:1-12
Pembicara: Hery Setyo Adi, M. Th.
Editor: Jema Loria Pelawi, S. Th.

Di atas gunung Nebo tersimpan kenangan tidak terlupakan tentang Musa dan seluruh perjuangannya. Hari itu untuk terakhir kalinya Allah berbicara kepada Musa, kata-Nya  “Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan kuberikan negeri itu. Aku mengijinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang kesana.”  (Ulangan 34:4)

Satu sisi janji itu menguntungkan bagi bangsa Israel, tapi disisi lain pernahkah kita berpikir, “Bagaimana perasaan Musa?”  Dialah yang banyak berbincang dengan Allah di gunung Horeb, di tempat yang sama juga dia dipilih oleh Allah untuk menerima hukum Tuhan. Menariknya, Musa tidak protes dengan keputusan Tuhan yang menolaknya masuk ke tanah perjanjian. Bagi Musa diberi kesempatan melihat tanah itu dari kejauhan sudah cukup. 

Bagaimana mungkin Musa tidak merasa kecewa?  Rupanya jika melihat lebih jauh perjalanan hidup Musa, ada satu makna yang ditemukan oleh Musa dalam mengenal Tuhan, yaitu Musa percaya bahwa Allah setia dengan janji-Nya.  Musa tahu mengenai sebuah negeri yang akan diberikan untuk bangsa Israel, hal itu sudah dinyatakan oleh Allah kurang lebih 400 tahun yang lalu kepada nenek moyangnya,  yaitu Abraham, Ishak dan Yakub.  Setelah melewati rentang waktu yang cukup lama,  Allah masih setia kepada janji-Nya dan Musa sendiri  menyaksikan bagaimanapun bangsa Israel melakukan kejahatan namun Allah tetap setia, Dia  tidak membatalkan janji-Nya.  Makna itulah yang ditemukan Musa sehingga sekalipun  tidak dapat menginjakkan kakinya di tanah perjanjian, Musa yakin Allah akan tetap menggenapi janji-Nya. Menemukan makna di dalam peristiwa inilah yang seharusnya dilakukan oleh manusia, sehingga perjalanan kehidupan yang dilalui dapat menimbulkan sebuah keyakinan dan kekaguman kepada Tuhan.