Firman Hidup

Tuhan Yesus Kembali ke Sorga
Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, (KPR 1:9)
Oleh: Purnawan Tenibemas, Ph.D

Pengantar
Hari kembalinya Tuhan Yesus ke sorga, yang lebih dikenal sebagai hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga tidaklah dirayakan sebesar orang-orang Kristen merayakan Paskah apalagi Natal. Namun Peristiwa ini sangat kaya makna, baik secara teologis maupun praksis.

Peristiwa istimewa kembalinya Tuhan Yesus ke sorga ini sangatlah istimewa. Saya sebut istimewa, sebab hanya dua kali seseorang naik ke sorga disaksikan orang lainnya dengan nyata. Yang pertama adalah peristiwa diangkatnya nabi Elia ke sorga (2 Raja 2:11,12) dan yang kedua (lebih istimewa) adalah kembalinya Tuhan Yesus ke sorga. Bahkan dalam konteks Tuhan Yesus yang menjadi saksinya adalah orang banyak. Selain para rasul, sangat mungkin kelima ratus orang yang dimaksud oleh rasul Paulus adalah para penyaksi kembalinya Tuhan Yesus ke sorga ini (1 Kor 15:6).

Tulisan ringkas ini akan mengajak Anda untuk menikmati kekayaan makna dari peristiwa ini. Kiranya Nama Tuhan dimuliakan.

Kembali ke Sorga
Di atas saya menyebut peristiwa ini sebagai kembalinya Tuhan Yesus ke sorga. Hal ini berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan Yesus berasal dari sorga. Beliaulah yang bisa disebut manusia sorga. Sebelum peristiwa inkarnasi yang mendapat tempat sangat besar dalam ritual kekristenan yaitu peristiwa Natal, Tuhan Yesus sudah hadir di sorga. Bahkan pada saat penciptaan sebagaimana dilaporkan dalam kitab Kejadian pasal pertama sebelum nenek moyang manusia diciptakan, telah terjadi dialog internal Allah Tritunggal (Kej 1:26).
Ketritunggalan Allah adalah kenyataan Allah dari kekal sampai kekal. Ketritunggalan Allah bukan baru mulai saat Tuhan Yesus mengambil rupa manusia (Yoh 1:14), melainkan selama-lamanya.
Saat nenek moyang manusia diciptakan yang menjadi modelnya adalah Tuhan Yesus. Alkitab menulis manusia pertama itu diciptakan menurut gambar dan rupa kita (Kej 1:26). Dalam Tritunggal yang Esa itu, hanya Tuhan Yesus yang memiliki tubuh secara jasmani. Sedangkan Bapa dan Roh Kudus adalah Roh.
Sepanjang sejarah suci umat Allah, sebagaimana tercatat dalam kitab Perjanjian Lama, dari waktu ke waktu Tuhan Yesus menjumpai manusia secara theophany yaitu sebagai Malaikan Tuhan. Misalnya yang tertulis dalam Kejadian 16:7 dst yang menjumpai Hagar atau Kej 17:1 dst yang menjumpai Abram.
Injil Yohanes menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Firman. Firman itu adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu kemudian mengambil rupa manusia dan menjadi berdaging (Yoh 1:1-3,14). Beliau turun dari sorga. Saat Beliau berkotbah tentang Roti Hidup, Beliau menyebut Dirinya adalah Roti yang turun dari sorga itu (Yoh 6:48-51, 58).
Lain waktu Tuhan Yesus menyatakan bahwa Beliau berasal dari atas, sedangkan para pendengar-Nya berasal dari bawah. Mereka berasal dari dunia ini, Beliau bukan dari dunia ini (Yoh 8:23). Beliau turun dari sorga untuk menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28). Yohanes Pembaptis menyebutnya sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29). Inilah misi utama Beliau saat turun ke dunia ini.
Setelah Beliau menuntaskan misi utama-Nya dengan puncaknya yaitu menderita sengsara, tersalib, mati dan dikuburkan. Beliau bangkit kembali pada hari yang ketiga. Kesemuanya Beliau jalani untuk menggenapi janji Allah sepanjang Perjanjian Lama (1 Kor 15:3,4). Kemudian Beliau kembali ke sorga. Beliau kembali ke sorga karena asal Beliau adalah sorga.
Saat seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus sampai pada waktunya untuk meninggalkan dunia ini, ungkapan dalam Bahasa Indonesia menyebutnya meninggal dunia, wafat, tewas, gugur atau istilah lainnya, sering dikatakan bahwa orang itu pulang ke sorga. Ungkapan tersebut sebenarnya kurang tepat. Yang pulang ke sorga itu hanya Tuhan Yesus. Orang percaya yang meninggal itu bukan pulang ke sorga sebab asalnya dari dunia ini. Orang percaya itu dipanggil ke sorga, karena karunia keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sudah diterimanya. Tanpa iman kepada Tuhan Yesus seseorang tidaklah bisa pergi ke sorga (Yoh 3:17,18).
Empat Waktu
Selama 40 hari setelah Tuhan Yesus bangkit dari kubur, berulang kali Beliau menjumpai para murid-Nya. Sesaat sebelum Beliau kembali ke sorga, Beliau menyampaikan pesan-pesan akhir kepada para rasul itu. Peristiwa sekitar kembalinya Tuhan Yesus ke Sorga itu, mengandung makna terkait dengan waktu. Dalam hal ini ada empat babak waktu:
1.Waktu Untuk dibaptis Roh Kudus
Menjelang Beliau kembali ke sorga Beliau berpesan agar para rasul tetap di Yerusalem untuk menanti janji Bapa yaitu dibaptis Roh Kudus (KPR 1:4,5). Tuhan Yesus secara fisik segera tidak akan bersama mereka lagi. Roh Kuduslah yang selanjutnya akan menyertai setiap orang percaya bahkan untuk selamanya (Yoh 14:16,17).
Dengan penyertaan Roh Kudus yang mereka terima, mereka akan memiliki kuasa untuk menjadi saksi Tuhan. Penyertaan Roh Kudus menjadi mutlak untuk menghadirkan kesaksian yang berwibawa. Dalam hal para rasul ini selama 10 hari mereka menanti penggenapannya. Pada hari Pentakostalah Roh Kudus membaptis mereka untuk menerima kuasa sebagai saksi Tuhan.
2.Waktu Untuk Bersaksi
Setelah mereka dibaptis oleh Roh Kudus, maka tibalah waktu kedua yaitu waktu untuk bersaksi (KPR 1:8). Para rasul ini kemudian menjadi wakil dan teladan bagi orang-orang percaya selanjutnya sepanjang masa yang terpanggil pula untuk menjadi saksi-saksi Tuhan. Tuhan Yesus menyebut adanya perbedaan lingkup kesaksian itu. Di lihat dari sudut pandang budaya para rasul waktu itu yang adalah orang Yahudi. Tuhan menyebut mereka akan menjadi saksi di antara orang-orang sebudaya dengan mereka yaitu Yerusalem dan Yudea. Tetapi juga mereka akan menjadi saksi untuk orang-orang yang berbeda budaya namun masih mengandung aspek-aspek budaya yang mirip atau cukup banyak persamaan (Samaria). Namun mereka akan menjadi saksi Tuhan pula di lingkup budaya yang sangat berbeda dengan budaya asal mereka. Inilah pelayanan kesaksian Injil dengan jarak budaya yang jauh (Ke ujung bumi).
Ketiga perbedaan konteks budaya itu selain penyertaan Roh Kudus juga dibutuhkan persiapan diri yang berbeda. Pengenalan budaya tempat pelayanan adalah sesuatu hal yang mutlak. Termasuk di antaranya adalah penyiapan bahasa komunikasi. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cukup cepat dengan budaya tempat pelayanannya sebaiknya jangan paksakan diri untuk melayani di lingkup budaya yang berbeda dengan budaya asalnya.
Pelayanan kesaksian Injil di budaya asalnya disebut pelayanan M-1 (Misionaris -1). Pelayanan di lingkup budaya yang masih memiliki cukup persamaan dengan budaya asalnya disebut pelayanan M-2; sedangkan mereka yang melayani di lingkup budaya yang sama sekali berbeda dengan budaya asalnya adalah pelayan M-3. Dalam hal ini, perbedaannya adalah jarak budaya bukan jarak geografis. Ketiga kategori pelayanan ini sama mulianya, yang membedakannya hanyalah konteks budaya tempat pelayanannya dengan budaya asalnya.
3. Waktu Untuk Berharap
Para malaikat yang datang sesaat setelah Tuhan Yesus kembali ke sorga memberi tahukan para penyaksi peristiwa itu bahwa Tuhan Yesus satu hari kelak akan datang kembali (KPR 1:11). Sejak Tuhan kembali ke sorga hingga kedatangan-Nya kembali kelak adalah bentangan waktu untuk berharap. Waktu untuk berharap ini berhimpitan dengan waktu untuk bersaksi. Karenanya disebut juga waktu atau masa anugerah, karena anugerah keselamatan di dalam Kristus diberitakan di seluruh dunia,untuk memenuhi amanat Tuhan bahwa berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa ini harus disampaikan kepada segala bangsa (Luk 24:47).
Bentangan waktu ini sering disebut juga sebagai jaman Gereja, sebab Gereja Tuhan hadir di dunia untuk menjadi saksi-Nya. Gereja yang adalah orang-orang percaya menyaksikan Injil seraya menanti kedatangan kembali Tuhan Yesus untuk menjemput mereka satu hari kelak.
Inilah waktu untuk berharap, berharap lebih banyak orang menerima keselamatan Tuhan, karena salah satu syarat kedatangan kembali Tuhan Yesus adalah Injil kerajaan ini harus disaksikan kepada segala bangsa sesudah itu barulah Tuhan Yesus datang kembali (Mat 24:14).
4.Waktu Untuk Berdoa
Waktu yang keempat adalah waktu untuk berdoa. Hal inilah yang dilakukan komunitas orang percaya mula-mula di Yerusalem (KPR 1:12-14). Doa adalah unsur penting bagi Gereja Tuhan. Lewat doa relasi spiritual antara umat dan Tuhannya terpelihara. Doa merupakan pengakuan Gereja bahwa dirinya memiliki keterbatasan. Keterbatasan kemampuan, keterbatasan kuasa, keterbatasan pemahaman serta keterbatasan lainnya. Dengan doa Gereja memohon hikmat, kuasa, dan pertolongan lainnya dari Tuhannya. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Dengan berdoa Gereja memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan kehadiran dan pelayanan-Nya.
Penutup
Satu aspek pemahaman teologis tentang pribadi Tuhan Yesus yang adalah Allah yang berinkarnasi, turun ke dunia, dan setelah menuntaskan misi utama-Nya Beliau kembali ke sorga. Sorga adalah tempat asal Beliau, karena Beliau adalah manusia sorga. Beliau meninggalkan manusia bumi yang sudah diselamatkan (Gereja)-Nya yang disertai Roh Kudus dengan diberi bekal empat waktu. Dalam empat waktu itu Gereja-Nya menjadi saksi-Nya sampai Beliau datang kembali. (PurT)

Leave a Reply

Your email address will not be published.