DKK MARET 2020

Dari Kantor Ketua
Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus


Alamat: Jl. Cihanjuang KM 5.2, Desa Cihanjuang Kec. Parongpong, Kab. Bandung Barat Alamat Surat: PO Box 1030 Bandung 40010
Telepon: (022) 665 8354, Fax: (022) 665 8353, E-mail: stat@tiranus.ac.id
Cihanjuang, 20 Maret 2020 Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!
Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Apa kabar Ibu, Bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus? Kami selalu berharap bahwa kasih, kekuatan serta hikmat dari Allah senantiasa memberikan semangat, dalam mengarungi beragam pengalaman keseharian hidup. Kita percaya bahwa Sang Imanuel selalu hadir dalam pergumu-
lan anak-anak-Nya. Dia berkata, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat. 28:20).

Jika Roh Tuhan mendiami dan menyertai kita (Yoh. 14:16-17), maka tentunya tidak perlu takut menghadapi wabah Covid-19. Bahwa kita harus selalu berdoa, menyerahkan diri dan berjaga-jaga, jelas patut selalu dilakukan. Banyak saran bijak dari pemerintah pusat dan daerah dapat kita peroleh dan baca dari media sosial bagaimana menjaga diri pada masa ini.

Secara pribadi saya berpikir positif mengenai wabah pandemik sesuai Firman Tuhan (Rm. 8:28). Saya diteguhkan Firman Tuhan dalam Mazmur 29:1-11 bahwa TUHAN bersuara melalui beragam cara kepada umat manusia agar berseru dan memuliakan-Nya, serta membawa sejahtera bagi sesamanya. Saya juga mendapat kekuatan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus agar para murid-Nya tetap tenang dan berani menghadapi permasalahan.

Saat kepala rumah ibadat, Yairus, mengetahui bahwa puterinya sudah meninggal, karena pertolongan Yesus lambat, sebab di tengah jalan seorang perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun bersaksi bahwa ia pulih, tentunya kecewa. Namun Tuhan berkata, “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat” (Luk. 8:50). Yesus menepati janji-Nya!

Saat para murid diutus Tuhan memberitakan Injil, Ia tahu mereka akan berhadapan dengan penolakan bahkan aniaya. Untuk menguatkan mereka, Tuhan menyatakan, “Aku berkata kepadamu, hai sahabatsahabatku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi” (Luk. 12:4). Menghadapi tekanan dunia yang berat, Yesus menegaskan “Jangan takut hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.” (12:32).

Saat para murid diterpa badai di danau Galilea, mereka amat ketakutan pada perjalanan malam itu. Padahal, di siang harinya mereka bersukacita dan kagum bahwa Tuhan Yesus sanggup memberi makan 5000 orang lebih hanya dengan modal lima roti dan dua ikan. Bahkan dikatakan tersisa dua belas bakul penuh (Yoh. 6:1-11). Waktu Tuhan menemui mereka, para murid berteriak ketakutan. Pada saat itulah Tuhan menenangkan dan berkata, “Aku ini, jangan takut!” (Yoh. 6;20).

Mendengar suara Tuhan tampaknya menjadi kebutuhan mendesak saat ini bagi pemimpin dan warga jemaat di berbagai tempat. Sebab, dengan wabah ini mereka takut kebutuhan pangan tidak tercukupi. Mereka takut penghasilan berkurang. Mereka takut daya tahan tubuh melemah. Mereka takut jika diserang oleh Covid -19. Banyak lagi penyebab ketakutan.

Dengan percaya kepada pemeliharaan Tuhan, komunitas dosen, staf di kampus masih terus melakukan kegiatan belajar untuk mahasiswa yang majoritas tinggal di asrama. Oleh kebaikan Tuhan kebanyakan dosen dan staf tinggal di dalam kampus. Sesuai pesan pemerintah, tentu saja kami memperhatikan langkah-langkah untuk tetap memelihara kesehatan, menjaga jarak sosial dengan mengelola pembelajaran bervariasi termasuk melalui online.

Terima kasih banyak atas dukungan doa dan dana yang Bapa, Ibu dan Saudara berikan bagi karya Kristus di kampus. Berikut disampaikan beberapa kabar penting dari Cihanjuang, Bandung Barat, yang sekaligus menjadi pokok-pokok doa kita bersama.

Kelangsungan program semester Genap 2019/2020.
Perkuliahan semester Genap 2019/2020 sudah dimulai sejak Senin, 10 Februari 2020. Sejumlah 87 mahasiswa aktif kini belajar di kampus. Sebagian besar mereka tinggal di asrama. Beberapa yang lain tinggal di Lembang, Cimahi dan Bandung.

Mahasiswa menulis Skripsi dan Tesis.
Mahasiswa program Sarjana (21 orang) dan Magister (20 orang) tengah menulis Skripsi dan Tesis supaya bisa diwisuda pada bulan Juli yang akan datang. Pelayanan perpustakaan di kampus dilakukan secara maksimal. Para dosen juga melakukan bimbingan secara online.

Kabar dana perbaikan penahan tebing longsor.
Dana pembangunan penahan dinding tebing di Pasarean Alit sudah tersedia 110 juta rupiah. Puji Tuhan atas kemurahan hati Bapak Dr. Has Tampubolon, dan kebaikan Bapak Herlan Hermawan bersama rekan-rekan beliau. Kini pengerjaannya tengah mulai dilakukan dengan pertama-tama memindahkan semua tanah longsor berikut pohon bambu yang runtuh.

Pemeliharaan gedung-gedung di kampus.
Puji Tuhan atas dua gedung utama di kampus. Pertama, Gedung Motekar, tempat ruang-ruang kuliah di lantai satu dan dua, kantor-kantor dosen di lantai dua, dan perpustakaan di lantai tiga. Kedua, Gedung Paliwara, tempat Bale Luhung Prof. W.S. Heath di lantai tiga, ruang-ruang kantor administrasi di lantai pertama dan kedua. Selain itu sejumlah bangunan merupakan tempat tinggal dosen dan tenaga kependidikan. Kepala Bagian Sarana dan Prasarana serta Kerumahtanggaan memperkirakan dana sebesar 175 juta rupiah untuk pengecatan dan pemeliharaan lainnya.

Kabar Akreditasi Institusi.
Berdasarkan Peraturan BAN PT Nomor 1 Tahun 2020 yang dikeluarkan 27 Februari 2020, akreditasi institusi dan program studi perguruan tinggi dapat secara otomatis diperpanjang satu periode berikutnya dengan peringkat sebelumnya. Oleh sebab itu diputuskan oleh pimpinan Tiranus bahwa lembaga akan menunggu saja perpanjangan akreditasinya untuk lima tahun ke depan (22 Juni 2020-22 Juni 2025). Pimpinan akan segera fokus kepada penyiapan peningkatan akreditasi program Sarjana dan Magister.

Pokok-pokok doa lainnya.
1) Kekuatan Ibu Adelaide Heath (92 tahun) menghadapi masa usia lanjut.
2) Bapak Herry Susanto akan studi program Ph.D Perjanjian Baru di Ottago University, New Zealand, yang diharapkan dapat dimulai pada bulan April 2020.
3) Kekuatan dan semangat bagi Bapak Hery Setio Adi menuntaskan matrikulasi untuk program doktoral studi Perjanjian Lama di STT Cipanas.
4) Kiranya TUHAN cukupkan dana operasional STA Tiranus Rp. 303 juta per bulan.

Teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:
Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamat email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum (BAUM) Tiranus, Ibu Lidya Cahyo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.

Akreditasi: S-1 SK BAN-PT No. 030/SK/BAN-PT/Ak-XV/S/I/2013; S-2 SK BAN-PT No. 243/SK/BAN-PT/Ak-XI/M/XII/2013 Asia Theological Association (ATA) tahun 2013-2018 Izin Penyelenggaraan: Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI DJ.IV/Kep/HK.00.5/546/2016 (S-1); J.IV/Kep/HK.00.5/547/2016 (S-2); DJ.IV/Kep/Hk.00.5/548/2016 (S-3). Bank Account: BCA Cab. Cimahi No. 139.300 101.5 & Bank OCBC NISP Cab. Cimahi No. 080010967132

Firman Hidup

Tuhan Yesus Kembali ke Sorga
Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, (KPR 1:9)
Oleh: Purnawan Tenibemas, Ph.D

Pengantar
Hari kembalinya Tuhan Yesus ke sorga, yang lebih dikenal sebagai hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga tidaklah dirayakan sebesar orang-orang Kristen merayakan Paskah apalagi Natal. Namun Peristiwa ini sangat kaya makna, baik secara teologis maupun praksis.

Peristiwa istimewa kembalinya Tuhan Yesus ke sorga ini sangatlah istimewa. Saya sebut istimewa, sebab hanya dua kali seseorang naik ke sorga disaksikan orang lainnya dengan nyata. Yang pertama adalah peristiwa diangkatnya nabi Elia ke sorga (2 Raja 2:11,12) dan yang kedua (lebih istimewa) adalah kembalinya Tuhan Yesus ke sorga. Bahkan dalam konteks Tuhan Yesus yang menjadi saksinya adalah orang banyak. Selain para rasul, sangat mungkin kelima ratus orang yang dimaksud oleh rasul Paulus adalah para penyaksi kembalinya Tuhan Yesus ke sorga ini (1 Kor 15:6).

Tulisan ringkas ini akan mengajak Anda untuk menikmati kekayaan makna dari peristiwa ini. Kiranya Nama Tuhan dimuliakan.

Kembali ke Sorga
Di atas saya menyebut peristiwa ini sebagai kembalinya Tuhan Yesus ke sorga. Hal ini berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan Yesus berasal dari sorga. Beliaulah yang bisa disebut manusia sorga. Sebelum peristiwa inkarnasi yang mendapat tempat sangat besar dalam ritual kekristenan yaitu peristiwa Natal, Tuhan Yesus sudah hadir di sorga. Bahkan pada saat penciptaan sebagaimana dilaporkan dalam kitab Kejadian pasal pertama sebelum nenek moyang manusia diciptakan, telah terjadi dialog internal Allah Tritunggal (Kej 1:26).
Ketritunggalan Allah adalah kenyataan Allah dari kekal sampai kekal. Ketritunggalan Allah bukan baru mulai saat Tuhan Yesus mengambil rupa manusia (Yoh 1:14), melainkan selama-lamanya.
Saat nenek moyang manusia diciptakan yang menjadi modelnya adalah Tuhan Yesus. Alkitab menulis manusia pertama itu diciptakan menurut gambar dan rupa kita (Kej 1:26). Dalam Tritunggal yang Esa itu, hanya Tuhan Yesus yang memiliki tubuh secara jasmani. Sedangkan Bapa dan Roh Kudus adalah Roh.
Sepanjang sejarah suci umat Allah, sebagaimana tercatat dalam kitab Perjanjian Lama, dari waktu ke waktu Tuhan Yesus menjumpai manusia secara theophany yaitu sebagai Malaikan Tuhan. Misalnya yang tertulis dalam Kejadian 16:7 dst yang menjumpai Hagar atau Kej 17:1 dst yang menjumpai Abram.
Injil Yohanes menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Firman. Firman itu adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu kemudian mengambil rupa manusia dan menjadi berdaging (Yoh 1:1-3,14). Beliau turun dari sorga. Saat Beliau berkotbah tentang Roti Hidup, Beliau menyebut Dirinya adalah Roti yang turun dari sorga itu (Yoh 6:48-51, 58).
Lain waktu Tuhan Yesus menyatakan bahwa Beliau berasal dari atas, sedangkan para pendengar-Nya berasal dari bawah. Mereka berasal dari dunia ini, Beliau bukan dari dunia ini (Yoh 8:23). Beliau turun dari sorga untuk menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28). Yohanes Pembaptis menyebutnya sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29). Inilah misi utama Beliau saat turun ke dunia ini.
Setelah Beliau menuntaskan misi utama-Nya dengan puncaknya yaitu menderita sengsara, tersalib, mati dan dikuburkan. Beliau bangkit kembali pada hari yang ketiga. Kesemuanya Beliau jalani untuk menggenapi janji Allah sepanjang Perjanjian Lama (1 Kor 15:3,4). Kemudian Beliau kembali ke sorga. Beliau kembali ke sorga karena asal Beliau adalah sorga.
Saat seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus sampai pada waktunya untuk meninggalkan dunia ini, ungkapan dalam Bahasa Indonesia menyebutnya meninggal dunia, wafat, tewas, gugur atau istilah lainnya, sering dikatakan bahwa orang itu pulang ke sorga. Ungkapan tersebut sebenarnya kurang tepat. Yang pulang ke sorga itu hanya Tuhan Yesus. Orang percaya yang meninggal itu bukan pulang ke sorga sebab asalnya dari dunia ini. Orang percaya itu dipanggil ke sorga, karena karunia keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sudah diterimanya. Tanpa iman kepada Tuhan Yesus seseorang tidaklah bisa pergi ke sorga (Yoh 3:17,18).
Empat Waktu
Selama 40 hari setelah Tuhan Yesus bangkit dari kubur, berulang kali Beliau menjumpai para murid-Nya. Sesaat sebelum Beliau kembali ke sorga, Beliau menyampaikan pesan-pesan akhir kepada para rasul itu. Peristiwa sekitar kembalinya Tuhan Yesus ke Sorga itu, mengandung makna terkait dengan waktu. Dalam hal ini ada empat babak waktu:
1.Waktu Untuk dibaptis Roh Kudus
Menjelang Beliau kembali ke sorga Beliau berpesan agar para rasul tetap di Yerusalem untuk menanti janji Bapa yaitu dibaptis Roh Kudus (KPR 1:4,5). Tuhan Yesus secara fisik segera tidak akan bersama mereka lagi. Roh Kuduslah yang selanjutnya akan menyertai setiap orang percaya bahkan untuk selamanya (Yoh 14:16,17).
Dengan penyertaan Roh Kudus yang mereka terima, mereka akan memiliki kuasa untuk menjadi saksi Tuhan. Penyertaan Roh Kudus menjadi mutlak untuk menghadirkan kesaksian yang berwibawa. Dalam hal para rasul ini selama 10 hari mereka menanti penggenapannya. Pada hari Pentakostalah Roh Kudus membaptis mereka untuk menerima kuasa sebagai saksi Tuhan.
2.Waktu Untuk Bersaksi
Setelah mereka dibaptis oleh Roh Kudus, maka tibalah waktu kedua yaitu waktu untuk bersaksi (KPR 1:8). Para rasul ini kemudian menjadi wakil dan teladan bagi orang-orang percaya selanjutnya sepanjang masa yang terpanggil pula untuk menjadi saksi-saksi Tuhan. Tuhan Yesus menyebut adanya perbedaan lingkup kesaksian itu. Di lihat dari sudut pandang budaya para rasul waktu itu yang adalah orang Yahudi. Tuhan menyebut mereka akan menjadi saksi di antara orang-orang sebudaya dengan mereka yaitu Yerusalem dan Yudea. Tetapi juga mereka akan menjadi saksi untuk orang-orang yang berbeda budaya namun masih mengandung aspek-aspek budaya yang mirip atau cukup banyak persamaan (Samaria). Namun mereka akan menjadi saksi Tuhan pula di lingkup budaya yang sangat berbeda dengan budaya asal mereka. Inilah pelayanan kesaksian Injil dengan jarak budaya yang jauh (Ke ujung bumi).
Ketiga perbedaan konteks budaya itu selain penyertaan Roh Kudus juga dibutuhkan persiapan diri yang berbeda. Pengenalan budaya tempat pelayanan adalah sesuatu hal yang mutlak. Termasuk di antaranya adalah penyiapan bahasa komunikasi. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cukup cepat dengan budaya tempat pelayanannya sebaiknya jangan paksakan diri untuk melayani di lingkup budaya yang berbeda dengan budaya asalnya.
Pelayanan kesaksian Injil di budaya asalnya disebut pelayanan M-1 (Misionaris -1). Pelayanan di lingkup budaya yang masih memiliki cukup persamaan dengan budaya asalnya disebut pelayanan M-2; sedangkan mereka yang melayani di lingkup budaya yang sama sekali berbeda dengan budaya asalnya adalah pelayan M-3. Dalam hal ini, perbedaannya adalah jarak budaya bukan jarak geografis. Ketiga kategori pelayanan ini sama mulianya, yang membedakannya hanyalah konteks budaya tempat pelayanannya dengan budaya asalnya.
3. Waktu Untuk Berharap
Para malaikat yang datang sesaat setelah Tuhan Yesus kembali ke sorga memberi tahukan para penyaksi peristiwa itu bahwa Tuhan Yesus satu hari kelak akan datang kembali (KPR 1:11). Sejak Tuhan kembali ke sorga hingga kedatangan-Nya kembali kelak adalah bentangan waktu untuk berharap. Waktu untuk berharap ini berhimpitan dengan waktu untuk bersaksi. Karenanya disebut juga waktu atau masa anugerah, karena anugerah keselamatan di dalam Kristus diberitakan di seluruh dunia,untuk memenuhi amanat Tuhan bahwa berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa ini harus disampaikan kepada segala bangsa (Luk 24:47).
Bentangan waktu ini sering disebut juga sebagai jaman Gereja, sebab Gereja Tuhan hadir di dunia untuk menjadi saksi-Nya. Gereja yang adalah orang-orang percaya menyaksikan Injil seraya menanti kedatangan kembali Tuhan Yesus untuk menjemput mereka satu hari kelak.
Inilah waktu untuk berharap, berharap lebih banyak orang menerima keselamatan Tuhan, karena salah satu syarat kedatangan kembali Tuhan Yesus adalah Injil kerajaan ini harus disaksikan kepada segala bangsa sesudah itu barulah Tuhan Yesus datang kembali (Mat 24:14).
4.Waktu Untuk Berdoa
Waktu yang keempat adalah waktu untuk berdoa. Hal inilah yang dilakukan komunitas orang percaya mula-mula di Yerusalem (KPR 1:12-14). Doa adalah unsur penting bagi Gereja Tuhan. Lewat doa relasi spiritual antara umat dan Tuhannya terpelihara. Doa merupakan pengakuan Gereja bahwa dirinya memiliki keterbatasan. Keterbatasan kemampuan, keterbatasan kuasa, keterbatasan pemahaman serta keterbatasan lainnya. Dengan doa Gereja memohon hikmat, kuasa, dan pertolongan lainnya dari Tuhannya. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Dengan berdoa Gereja memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan kehadiran dan pelayanan-Nya.
Penutup
Satu aspek pemahaman teologis tentang pribadi Tuhan Yesus yang adalah Allah yang berinkarnasi, turun ke dunia, dan setelah menuntaskan misi utama-Nya Beliau kembali ke sorga. Sorga adalah tempat asal Beliau, karena Beliau adalah manusia sorga. Beliau meninggalkan manusia bumi yang sudah diselamatkan (Gereja)-Nya yang disertai Roh Kudus dengan diberi bekal empat waktu. Dalam empat waktu itu Gereja-Nya menjadi saksi-Nya sampai Beliau datang kembali. (PurT)

BUKA MATA , BUKA HATI, LUASKAN CAKRAWALA

Penulis: Purnawan Tenibemas, Ph.D
Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus

Abstrak. Merupakan suatu kewajaran ketika seseorang merasa nyaman berada di tengah-tengah kelompoknya sendiri. Bahkan masih terbilang wajar bila orang itu bangga dan membela kelompoknya. Namun, sentimen kelompok yang berlebihan dapat menghambat pelayanan lintas budaya. Artikel ini menampilkan contoh dari kisah hidup nabi yusnus yang diutus Allah ke Niniwe,Asyur. Yunus , Karena rasa rasionalismenya, tidak bersedia pergi sebab dia beranggapan Niniwe adalah ancaman bagi negara dan bangsanya. Ia tidak mengingini peduduk Niniwe bertobat dan diampuni Allah, ia lebih berkehendak Niniwe dihukum Allah. Seperti halnya nabi Yunus,umat Tuhan Perlu membuka mata,membuka hati , dan meluaskan cakrawala untuk memahami bahwa Allah juga mengasihi bangsa lain, atau kelompok lain. Umat Tuhan perlu memiliki kasih dan kepedulian untuk menyampaikan kabar baik kepada semua orang.

Kata Kunci: Tuhan,Allah pengasih dan penyayang, Tuhan sang penyelamat,sindrom Yunus , buka mata , buka hati,luaskan cakrawala.

PENDAHULUAN

Adalah kenyatan bahwa pada umumnya umat manusia di mana pun mempunyai kecenderungan merasa nyaman bila berada dalam kelompoknya sendiri. Sedangkan pengelompokan itu sendiri bisa terbangun karena kesamaan suku, bangsa,etnis, agama, profesi bahkan hobi. Ungkapan kekelompokan pun bukanlah hal yang tidak umum. Sebagai contoh di negara kita ungkapan kekelompokan itu seperti : wong kito dipakai oleh orang Melayu Palembang,masyarakat Batak memakai ungkapan halak kita,sedagkan orang sunda dengan ungkapan bangsa urang, dan orang minahasa menyebut kaumny dengan ungkapan kawanua. Contoh ungkapan kekelompokan di atas hanyalah sejumlah kecil yang berdasarkan suku: jumlah menjadi tidak terbilang bila menyimak ungkapan kekelompokan dari beragam latar belakang pengelompokan lainnya. 

Dalam Alkitab kita bisa membaca pula Fenomena penekanan pada rasa kelompok ini,misalnya sebagimana dilaporkan dalam injil Yohanes 4:9 tentang perempuan Samaria yang memperbedakan dirinya dengan Tuhan Yesus yang disapanya sebagai orang Yahudi.

Demikian pula pada umumnya sikap orang Yahudi terhadap orang bukan Yahudi. Hal ini misalnya sebagimana disampaikan oleh Rasul Petrus terhadap Kornelius,Perwira Italia itu ( KPR 10:28)

Adalah wajar dan manusiawi bila kebanyakan orang merasa nyaman berada dengan sesama dalam kelompoknya. Namun hal ini menjadi masalah bila menganggap kelompoknyalah yang paling hebat dan kelompok lain dinilainya lebih rendah. Belum lagi sikap seperti itu bila dibumbui dengan sentimen antar kelompok atau memelihara bahwan mewariskan pula pengalaman negatif relasi antar kelompok itu. Sikap seperti itu adalah cikal bakal untuk sikap diskriminatif.Sikap seperti itu akan pula menjadi hambatan besar dalam perjumpaan atau relasi antar kelompok. Sejarah manusia telah mencatat seringnya kesatuan negara atau bangsa terobek karena sikap yang diskriminatif ini.

Lebih parah lagi bila rasa sentimen kelompok itu tetap dipelihara oleh umat Tuhan. Tidak mengherankan akibatnya dalah menghambat panggilan pelayanan lintas budaya. Rasa nasionalisme, kebangaan suku, tingkat sosial dan sejenisnya yang sempit bisa menjadi penghambat untuk pelayanan lintas budaya.

NABI YUNUS,SANG NASIONALIS

Adalah seorang nabi bernama Yunus bin Amitai yang berasal dari Israel Utara dan hidup pada jaman pemerintahan Yerobeam bin Yoas (2 Raja 14:23-25).Satu hari dipanggil TUHAN untuk pergi ke Niniwe untuk menyerukan kepada bangsa Asyur itu. Namun rasa nasionalisme sang nabi menghalanginya untuk mematuhi perintah Tuhan itu . Sang nabi lebih mengingini bangsanya, kerajaan Israel Utara tetap aman,terbebas dari kemungkinan diganggu oleh kerjaan yang berpusat di Niniwe itu. Tentu saja ia tahu sikap umum yang keras dan kejam dari kerajaan-kerajaan di Timur itu memperlakuan bangsa jajahannya.

Sebagi seorang warga kerajaan Israek Utara, ia berjuang untuk melindungi bangsa dan kerajaannya . Nabi Yunus sangat kenal TUHAN yang memanggilnya itu, TUHAN adalah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya (4:2).

Kapal menuju Tarsis yang terletak di barat. Tarsis yang dimaksud bukanlah Tarsis yang berada di Siria,melainkan Tarsis ( Tartessus) di Spanyol. Ia beyul-betul menjauh dari Niniwe dan sekaligus berusaha menjauh dari hadapan TUHAN (1:3)

Sikap itu adalah pengejawatan dari jiwa nasionalisnya. Pertimbangannnya tentulah penduduk Niniwe yang kejahatannya sudah TUHAN ketahui itu lebih tepat untuk dihukum dan hancur karena murka TUHAN. Ia tidak rela penduduk Niniwe itu mendengar berita pengasihan Tuhan,Yang membuka kemungkinan bagi mereka untuk sadar dan bertobat. Bila mereka bertobat TUHAN yang pengasih dan penyayang itu pasti akan mengampuni mereka. Kalau mereka diampuni TUHAN, tentu Niniwe akan bertambah jaya. Kejayaan kerajaan itu sangat berpotensi untuk melakukan expansi , itulah kekuatiran nabi Yusnus. Kerajaannya,Israel Utara akan dilanda oleh expansi Ayur dan ditaklukan serta diperlakukan dengan keras.

Rasa nasionalisme Yunus ini membuatnya siap untuk pasang badan melindungi bangsa dan kerajaannya. Ia berani melwan perintah TUHAN dan menjaduh dari Niniwe. Ia sangat mengharapkan musuh potensial itu hancur dan lenyap. Resiko pun ia ambil demi melindungi bangsa dan negaranya. Sikap nasionalisme yang picik ini telah membuatnya buta terhadap rencana penyelamatan bangsa – bangsa . Ia ibangsanya sendiri.

Bencana yang Membawa Berkat

Seperti keyakinan pemazmur (139 ) bahwa manusia tidak bisa kabur tanpa diketahui TUHAN; manusia tidak bisa bersembunyi dai hadapan TUHAN. Karena TUHAN adalah Maha Tahu dan Maha Hadir.

Bebal kapal membuang muatan kapal demi nyawa mereka. Rupanya mereka terdiri atas berbagai bangsa; maka mereka berseru kerpada sesembahan-sesembahan mereka masing-masing(1:5) namun juga sia-sia. Dalam kepanikannya nahkoda kapal menemui Yunus yang tidur di ruang kapal paling bawah. Yunus yang siap mati demi bangsanya , tidak peduli akan nasib kapalnya; ia pun bisa tidur nyenyak (1:5). Yunus kemudian didesak oleh nahkoda kapal untuk berseru kepada Allahnya demi keselamatan segenap penumpang kapal itu (1:6)

Saat diundi untuk mengetahui penyebab malapetaka iyu, Yunuslah yang undi. Yunus pun memperkenalkan dirinya kepada para awak kapal bahwa dirinya adalah orang ibrani yang takut akan TUHAN,pemilik dan pencipta langit ,laut dan daratan (1:9).Setelah badai itu melanda mereka karena Yunus pula. Segenap awak kapal justru sangat ketakutan dan tidak berani mencelakai Yunus;mereka berupaya mendaratkan kapalnya namun kali ini pun tetap sia-sia(1:13). Karena semua upaya penyelamatan yang mereka lakukan tidak mendatangkan hasil, setelah meminta pengampunan kepada TUHAN yang diperkenalkan Yunus,mereka melemparkan Yunus ke dalam laut yang menggelora itu. Keajaiban pun terjadi badai reda seketika . Bencana seketika berlalu. Dampaknya adalah para awak kapal memberi diri untuk percaya kepada TUHAN yang disembah Yunus(1:16).

Nasionalisme Yunus telah menjauhkannya dari kota yang seharusnya ia datangi untuk mengabarkan kabar baik bagi bagi penduduk kota itu; namun kabar baik itu terlebih dahulu dinikmati para awak kapal yang berasal dari berbagai bangsa itu. Dari sudut padang spiritual, bencana badai laut Tengah itu telah berubah menjadi berkat bagi para awak kapal itu. Mereka mengenal TUHAN,sang penyelamat yang datang di balik badai itu. Sekalipun dalam posisi tidak taat, Yunus sebagai hamba TUHAN tetap bisa menjafi pembawa berkat. Kita pun belajar bahwa TUHAN memang peduli kepada bangsa-bangsa lain.

Bencana Yang Memperbaharui

Yunus, sang nasionalis tulen itu harus mengalami pengalaman antara hidup dan mati di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam (1:17)

Dalam bentuk mazmur ( Pasal 2 ),ia melukiskan pengalaman yang menyesakan itu sebagai berada di dunia orang mati,Sheol (2:2). Saya meyakini bahwa pengalaman yang dialami Yunus ini adalah pengalaman nyata bukan sekedar fiksi ataupun alegori. Tuhan Yesuspun memakai pengalaman Yunus ini sebagai analogi untuk pengalamannya di kubur setelah kematiannya di atas kayu salib ( Mat 12:39-41)

Ungkapan doa yang disampaikan Yunus saat berada di dalam perut ikan kepada TUHAN adalah ungkapan pertobatan atas pemerontakannya. Tanpa pertobatan tidak ada harapan untuknya bisa lepas dari dunia orang mati itu. Ia terperangkap dalam perut ikan itu, terbalut oleh rumput laut, dalam kuyup. Gelap pula dan tidak melihat jalan keluar dari perut ikan itu. Doa pertobatan adalah harapan satu-satunya bagi Yunus yang bisa ia lakukan. Dalam kegawatan bencana itu ia tidak kehilangan keyakinannya akan TUHAN yang pengasih dan penyayang yang pandang sabar dan setia itu. Yunus berseru , Yunus bertobat dan doanya itu bersambut.

Tuhan kembalikan Yunus ke dunia orang hidup. Pengalaman yang menyesakan ini telah membawanya untuik berserah kepada TUHAN yang memanggilnya. Pembaruan hatinya pun terjadi; sangat mungkin ia bernazar untuk tidak lagi melarikan diri dari panggilan Tuhan. Yunus pun siap untuk pergi ke NIniwe (2:9). Inilah pengalaman puncak Yunus dengan TUHAN. Pengalaman itu telah memaksanya untuk menanti perintah TUHAN,pergi ke Niniwie.

NASIONALISME YANG TIDAK SIRNA

Yunus diberi peluang kedua untuk menjadi penyalur berkat bagi penduduk Niniwie(3:1,2). Secara jasmaniah Yunus melangkah memenuhi perintah TUHAN, namun secara batin ia masih dipenuhi pergumulan,ketidakrelaannya melihat Niniwe bertobat masih kuat.Kotbahnya pun disampaikan dengan tanpa mengharapkan terjadi pertobatan dari para pendengarnya. Bahkan kotbahnya itu bisa digolongkan sebagi berita penghukuman : “ Empat puluh hari lagi,maka Niniwe akan ditunggangbalikan .”(3:4).

Namun diluar dugaan Yunus ,penduduk Niniwe memeberi respon positif,mereka bertobat . Penduduk Niniwe percaya kepada Allah yang disampaikan oleh Yunus. Bahkan Raja ( Mungki Raja Ashurdan III, 773-755) mengelurakan dekrit pertobatan dan perkabungan nasional, puasa pun harus dilakukan bukan hanya untuk manusia melainkan hewan peliharaan juga. Hal itu termasuk mengenakan kain kabung sebagi wujud nyata dari pertiobatan mereka (3,7,8). Rupanya hati mereka sudaj disiapkan. Pada tahun 765 dan 759 SK wabah melanda Niniwe dan pada tahun 763 SK terjadi gerhana matahari (Wilinson dan Boa 1983-257). Maka saat Yunus menyampaikan akan datangnya becana dalam 40 hari;mereka meresponnya dengan serius. Sangat mungkin mereka masih trauma dengan wabah-wabah sebelumnya dan gerhana matahari yang dalam masyarakat tradisional sampai hari ini pun masih ditafsirkan sebagai penanda bencana. Adalah sangat masuk akal mereka bertobat , setelah mendengar berita penghukuman yang akan datang itu. Allah yang dikenal Yunus sebagai Allah yang pengasih dan penyanyang serta panjang sabar dan setia itu membatalkan rancangan bencananya untuk Niniwe(3:10).

Pemberita kabar baik mana yang tidak bersukacita menyaksikan beritanya mendapat tanggapan positif, apalagi segenap penduduk kota besar itu bertobat? Mungkin hanya Yunus yang tidak bersukacita walau beritanya bersambut tidak bertobat. Ia lebih mengharapkan penduduk Niniwe dilanda bencana. Jiwa nasionalismenya tetap berjuang untuk melindungi negaranya. Dari ancaman negara yang berpotensi jadi musuh dan penakluknya itu.

Jiwa nasionalisme yang mencintai dan sangat loyal terhadap bangsanya adalah sikap yang patut dipuji namun bila sikap terserbut menjadi penutup aliran kasih TUHAN, orang tersebut menjadi picik.

Loyalitas tertinggi bagi seorang hamba TUHAN adalah TUHAN-nya.

Hal keresahannya serta menimbang keamanan bagi bangsanya adalah hal yang manusiawi bahkan dalam konteks tertentu menjadi hal yang wajib,namun loyalitas tertingginya haruslah kepada TUHAN.

Batalnya bencana atas Niniwe itu sangat mengesalkan hati Yunus. Yunus pun berani ungkapkan kemarahannya kepada TUHAN sekali lagi ia pasang badan dengan memberi tantangan kepada TUHAN.Seakan Yunus berkata:”Pilih aku atau Niniwe?” Kalau TUHAN selamatkan Niniwe , cabutlah nyawaku” (4:3). Tuhan hanya mengajak Yunus untuk menimbang.” Layakkah engkau marah.” (4:4)

Yunus masih berharap TUHAN mendengar kegundahan hatiya, Ia pergi ke Timur kota itu, rupanya dari ketinggian lokasi itu ia membangun pondok kecil. Ia duduk di sana menanti apa yang akan terjadi atas kota besar itu (4:5).Apa yang diharapkan Yunus? Bisa jadi Yunus mengharpkan hujan belerang dan api dari langit turun menghancurkan Niniwe, seperti saat sodom dan Gomora dimusnahkan TUHAN ( kej 19:24,25)

TUHAN membesarkan hati Yunus dengan menumbuhkan sebatang pohon jarak sebagai peneduh. Yunus sangat senang dengan tumbuhnya jarak peneduh itu. Namun keesokan harinya saat pohon jarak itu layu, serta angin panas menerpa Yunus. Yunus pun tidak berdaya gagal; ia pun lebih memilih mati. Bahlan saat Allah mempertanyakan kemarahannya itu, ia tegas nyatakan bahwa kematian adalah pilihannya karena TUHAN tidak merestui perjuangannya itu(4:8,9)

Allah memulai memakai pohon jarak sebagai perbandingan dnegan penduduk Niniwe. Allah mulai mengajak Yunus untuk membuka matanya, agar ia terbuka menyaksikan kenyatan bahwa penduduk Niniwe berseru kepada Allah dan bertobat. Hati Yunus diajaknya untuk terbuka dan menaruh belas kasihan kepada penduduk yang terbilang banyak. Allah menyatakan alasan kasihnya kepada penduduk Niniwe yang dinyatakan bahwa ada 120.000 orang yang tidak tahu membedakan tangan kanana dan tangan kiri . Ha itu saya menafsirkannya sebagi para balita. Bisa jadi kota itu berpenduduk minimal 500.000 orang. Penduduk sebesar itu dengan pimpinan rajanya telah melakukan hari perkabungan dan memohon belas kasih Allah. Yunus pun ditantang untuk meluaskan cakrawala padangnya, Tidak cukup hanya mengasihi bangsanya sendiri; kasihi juga bagsa Niniwe,apalagi Niniwe saat itu menyatakan keseriusan pertobatan mereka. Yunus ditantang untuk tidak lagi bersikap picik karena nasionalisme sempitnya. Yunus harus membuka mata ,membuka hati dan meluaskan cakrawalanya.

TUHAN PEDULU BANGSA-BANGSA LAIN JUGA

Bukanlah kali ini saja TUHAN menunjukan kepeduliannya terhadap bangsa-bangsa buka Israel. Bhakan janji pemulihan yang diterima leluhur manusia sesaat setelah kejatuhan mereka ke dalam dosa,yaitu janji kelahiran seorang keturunan perempuan( Kej 3:15 ) bersifat universal.Janji yang di kenal sebagai protoevangelium itu disebut oleh George Pieters sebagai bintang fajar di tengah gelapnya kehidupan manusia, adalah janji yang bersifat universal (1981:85). Bersifat universal sebab jani itu disampaikan berkaitan dengan leluhur segenap umat manusia.

Kepedulian Allah kepada segenap manusia dipertegas saat pemanggilian Abram ( kej 12:1-3). Janji yang saya sebut sebagai Praamanat agung ( Tenibemas 2011,13) ini jelas menyatakan kepedulian Allah kepada segenap manusia . Apalagi pasal sepuluh dari kitab kejadian itu menderetkan daftar bangsa-bangsa yang menjadi cikal bakal penyebaran bangsa-bangsa hingga saat ini. Hal itu menunjukan bahwa Alla tidak pernah tidak mempedulikan bangsa-bangsa ini . Adalah sebenarnya Allah tidak pernah tidak peduli terhadap bangsa-bangsa di dunia ini. Pemilihan Abram yang kemudian menjadi Abraham yang melahirkan bangsa Israel tidaklah meniadakan kepedulian Allah kepada bangsa-bangsa bukan Israel. Adalah tepat yang ditulis oleh Verkuyl bahwa israel adalah Pars pro toto, minoritas yang dipanggil untuk melayani mayoritas ( 1978,92).

Kepedulian Allah terhadap bangsa-bangsa selain Israel bisa terus kita telusuri sepanjang sejarah kudus yang dicatat dalam perjanjian lama. Misalnya secara sangat ringkas seperti halnya seberkas cahaya yang melintas, dari kitab-kitab Sejarah misalnya dari kitab I Tawarikh 16 yang mengajak untuk memperkenalkan TUHAN kepada bangsa-bangsa (ay 8). Segenap bumi diajaknya untuk memuji TUHAN ( ay 23 ) dan segala bangsa harus diberi peluang mendengar tentang kemuliaan dan perbuatan TUHAN (ay 24 ). Segala bangsa harus tahu bahwa Tuhan itu Raja (ay31).

Dari kesimpulan kitab Syair , saya pilih misalnya dari kitab Mazmur. Mazmur 67 berisi nyanyian pengharapan agar segala bangsa mengenal keselamatan dari Allah (ay 3 ). Segala bangsa bahkan suku bangsa diharapkan bersyukur kepada Allah (ay 4-6). Dalam Mazmur 87 dikatakan bahwa TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa (ay 6). Betapa TUHAN peduli kepada segala bangsa.

Dari kitab para Nabi, saya ambil contoh dari kitab Nabi Yesaya.Pada pasal ke 11 saat menubuatkan tentang Sang Raja Damai yang berasal dari pangkal Isai, Yesaya menulis Raja Damai itu juga bagi bangsa-bangsa (ay 10). Dalam pasal 25 kitab Nabi Yesaya menuliskan tentang perjamuan bagi bangsa-bangsa dan akan terakatnya kain kabung yang menudungi bangsa-bangsa itu (ay 6,7). Pasal 49 terutama ayat 6 jelas peran pars pro toto Israel ditonjolkan. Israel menjadi ternag bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada TUHAN itu sampai ke ujung bumi. Dalam pasal 55 ada ajakan kepada bangsa-bangsa untuk ikut menikmati keselamatan dari TUHAN terutama ayat 4,5 dari pasal ini. Inilah gambaran ringkas Pars Pro totoI itu.

SINDROM YUNUS

TUHAN memakai kitab suci Nabi YUNUS untuk membuka mata, membuka hati dan meluaskan cakrawala bangsa Israel yang kurang bahkan tidak peduli akan bangsa-bangsa lain. Dalam hal ini pandanganyya jelas tertampilkan pada sikap Yunus. Sedangkan Allah tidak pernah tidak peduli kepada bangsa-bangsa lain. TUHAN adalah TUHAN untuk segenap manusia dan bangsa Israel sebagi turunan dari Abraham seharusnya menjadi fungsi Pars Pro toto itu;namun mereka telaj gagal. Verkuly menyatakan bahwa kitab suci Yunus sangat kuat melawan sifat etnosenrisme yang menyabot rencana universal Allah(1978,97). Hal serupa bisa terjadi juga kepada gereja masa kini yang dengan berbagai alasam tidak lagi menjalankan Amanat Agung kepada segala bangsa; sentimen kekelompokam bisa menjadi salah satu penghalangnya.

Dalam Konteks yang lebih sempit, sayang mengajak anda untuk bercermin dari pengalaman YUNUS di atas, Adalah wajar bahkan tidak bisa tidak sebagai orang percaya kita mengasihi Gereja TUHAN. Lebih konkrit lagi gereja-gereja yang didalamya kita hadir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan . Bisa jadi TUHAN memberi kepercayaan kepada sebagian dari kita untuk menggembalakan satu gereja dalam satu denominasi. Yang lain merintis dan mengembangkan satu gereja lokal. Atau mungkim berperan sebagai pendukung dari kehadiran gerja-gereja itu dalam konteks geografis tertentu. Rasa memiliki dan rasa kesatuan keumatan pun bisa jadi hadir secara kuat dalam diri kita . Kepedulian dan mengasihi saudara seiman adalah suatu kewajaran bahkan keharusan(1 Yoh 4:7,11,21).

Saat mendengar bahwa sekelompok orang kristen teraniya adalah wajar bila turut prihatin,sedih ataupun kecewa . Bisa jadi pula marah,bahkan ada juga yang mengutuki atau berdoa agar TUHAN membalas kepada para penganiaya saudara-saudara kita itu, saat tempat ibadahnya dirusak , dibongkar apalagi dibakar habis, hati pun pedih, marah seraya bertanya-tanya mengapa pemerintah membiarkannya?

Adalah kenyataan bahwa negara kita sudah ribuan tempat ibadah kristen dengan beragam alasan dan sebab yang ditutup,dirusak,bahkan dibakar. Adalah kenyataan bahwa alasan dan sebab penutupan atau perusakan itu tidak dikenakan kepada golongan keyakinan lain. Adalah kenyataan pula bahwa sikap permusuhan kebencian dan penganiyaan terhadap orang percaya kepada Kristus ini terjadi di sangat banyak tempat di dunia ini. Sekalipun dalam pengelompokan keagamaan,penganut Kristen itu terbilang mayoritas yaitu 33% dari total penduduk dunia, namun kenyataannya orang-orang Kristen banyak kali harus mengalami penganiyaan ini.

Awal tahun 2015 lalu Open Doors,satu organisasi gerejawi yang memberi perhatian atas penderitaan dan memberi bantuan terhadap orang kristen yang menderita aniaya di dunia ini menerbitkan 2016 Hanbook of Prayer. Dalam buku kecil itu didaftarkan 50 negara di dunia yang tergolong pada negara tempat ibadahnya kepada kristus. Yang bertengger pada nomor satu dari daftar negara-negara itu adalah negara berpaham komunisme yaitu Kore Utara. Namun mayoritas penduduknya Musilim.

Bercemin dari pengalaman Yunus adalah munhkin banyak diantara orang Kristen yang memiliki rasa tidak suka ,marah, atau membenci kepada kelompok yang memushi atau mempersulit bahkan mengainiaya orang Kristen itu. Dalam ketidakberdayaannya bisa juga mengambil langkah tiarap, Tidak jarang pula yang tidak peduli kepada kelompok bukan kristen itu.Kesaksian Kristen pun menjadi pudar.

Sindrom “nasionalisme” Yunus bisa jadi merasuki banyak dari kita dan kita justru cenderung seperti Yunus untuk”berjuang” mencari perlindungan bagi kaum Kristen dengan mengarapkan kelompok yang memusuhi,apalagi menganiaya kaum Kristen di pukul TUHAN seriing dilupakan bahwa TUHAN Yesus dalam kotbahnya di atas bukit sebagaimana dilaporkan oleh Matius, di antaranya mengajak pendengarnya untuk membuka hati mengasihi orang-orang yang memusuhinya, bahkan mendoakan orang yang menganiaya(mat 5:43,44). Sikap yang diajarkan Tuhan Yesus itu bila dilaksanakan akan menjadi pembeda antara orang Kristen dengan kelompok lain ( Mat 5:45-47).

Banyak kasus pula saat orang kristen memberi bantuan atau melalukan pelayanan sosial kepada tetangga sekitarnya,niatnya adalah mengharapkan perlindungan kepada diri atau gerejanya. Dasar dari sikap ini adalah rasa takut akan ajdi sasaran permusuhan atau perusakan terhadap harta milik orang kristen. Karena ketidakberdayaan untuk melindungi diri maka berharap dengan memberi bantuan, bisa menerima perlindungan dari para penerima bantuan itu. Belum tentu sikap atau tindakan seperti ini terbilang bantuan itu. Belum tentu sikap atau tindakan seperti ini terbilang salah. Namun motivasi yang lebih baik saat lita membagikan bantuan sosial itu adalah segolongan dengan mereka yang membenci kaum Kristen. Bukankah Tuhan Yesus pun mengajarkan untuk mengasihi mereka yang memusuhi ?

Berkaitan dengan Amanat Agung,gereja Kristen harus menaatinya,Karena TUHAN tidak menghendaki seorangpun binasa(2 Pet 3:9). Tuhan Yesus telah menyampaikan amanat itu kepada para pelaksana amanat-Nya itu. Amanat merupakan berita tentang pertobatam dan pengampunan dosa ini harus diberitakan kepada segala bangsa (Luk 24:47). Tentu termasuk kepada kaum sebagiannya memusuhi orang percaya ini, Kaum muslimin pun jangan ditimbang sebagai musuh,walau banyak dari mereka yang memusuhi,mempersulit bahkan menganiaya kaum Kristen . Sudah lebih dari seribu gedung gereja dan tempat ibadah di Nusantara ini yang mereka tutup, rusak bahkan dibakarnya sejak dekade terakhir abad lalu.Namun mereka tetap patut dikasihi dan berhak pula untuk mendengar kabar baik.

Adalah tantangan bagi kita untuk menguji diri,apakah kita telah dihinggapi sindrom “nasionalisme” Yunus? Berapa parah? TUHAN telah mengajak Yunus untuk menghayati Kasih-Nya kepada penduduk Niniwie itu dengan menantangnya untuk membuka mata , membuka hati dan meluaskan cakrawala. Bisa jadi kita pun harus menghayati hal serupa.

Daftar Pustaka:
Open Door.2015.2015 Handbook Of Prayer.Malaysia: Odmal Services Berhard.
Peter,George W. 1981.A bilbical Theology Of Mission,Chicago: The Moody Bible Instute
Tenibemas,Purnawan.2011.Misi Yang Membumi.Bandung Sekolah Alkitab Tiranus
Verkuly.J. 1978.Contemporary Missiology,An Introduction. Grand Rapids,Michigan:William B.Erdmans Publishing Compani.
Willinson,Bruce dan Kenneth Boa,1983.Talk Thru the Bible.Nasville,Camden.Kansas
City:Thomas Melson Publishers

DKK Desember 2019

Cihanjuang, Desember 2019

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!

Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Apa kabar Bapak dan Ibu serta Saudara/i pendukung Tiranus? Kami berharap sukacita perayaan kelahiran (Natal) mewarnai hati, jiwa dan pikiran Anda semua. Perayaan Natal komunitas STA Tiranus telah berlangsung dengan ceria pada hari Sabtu, 30 November 2019, pukul 17.00 hingga 19.30 wib. Puji Tuhan.

 Mahasiswa program Sarjana (S-1) telah menjadikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan itu sebagai sarana pengucapan syukur kepada Allah, karena telah berhasil melakukan studi selama satu semester. Mereka juga mengemas acara itu sedemikian sehingga melibatkan anak-anak bernyanyi dan talkshow dengan empat alumni di dalamnya.

 Firman Tuhan disampaikan oleh hamba-Nya Bapak Dr. Sridadi Atiyanto melalui pagelaran wayang, yang mengingatkan kami untuk lebih sungguh menerapkan perintah Tuhan Yesus yakni “melayani bukan untuk dilayani” (Mrk. 10:45). Ditekankan bahwa sikap melayani yang diteladankan Kristus ditandai oleh pemberian serta pengorbanan diri bagi mereka yang dilayani.

 Pada masa Natal ini, saya sangat tertarik memikirkan tempat Tuhan Yesus dibaringkan setelah dilahirkan, yakni sebuah palungan di kandang domba di Betlehem, kota Daud sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Mika (5:2). Bahkan tempat palungan itu di sebut di Menara Kawanan Domba, yang dalam Bahasa Ibrani disebut Migdal Eder (Mika 4:8).

 Menurut Bodie & Brock Thoeno dalam Why Manger? (2006), pada masa lampau untuk kepentingan Bait Allah, setiap induk domba yang akan melahirkan di bawa ke tempat itu. Anak domba yang baru lahir dan diperiksa tidak bercacat, dibungkus dalam lampin lalu dibaringkan dalam palungan, wadah makanan ternak. Setelah anak domba merasa tenang ia diturunkan untuk seterusnya dipelihara. Anak domba yang tidak bercacat itu akan menjadi korban penghapusan dosa di Bait Allah, Yerusalem.

 Ketika para gembala di padang Efrata mendengar pesan bahwa telah lahir Juruselamat di kota Daud, tanda yang diberikan bagi mereka ialah bayi itu dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan dalam palungan. Mereka tahu lokasi yakni ke Betlehem ke Menara Kawanan Domba (Migdal Eder), lalu menemukan tanda tepat seperti yang dikemukakan malaikat dan diiringi kidung merdu bara tentara sorga (Luk. 2:13-14).

 Para gembala biasanya dianggap sebagai masyarakat miskin, dari strata sosial rendah, kurang berpendidikan. Namun, Allah memberi mereka kesempatan menyaksikan kedatangan Sang Juruselamat. Para gembala tidak kesulitan menemukan lokasi Migdal Eder di Betlehem. Begitu melihat tanda, mereka langsung tahu bahwa bayi Yesus yang dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan dalam palungan adalah Anak Domba yang tiada bercela yang kelak dikorbankan bagi penghapusan dosa. Mereka yang mendengar pesan malaikat dan cerita para gembala itu bersukacita dan memuji Allah (Luk. 2:18).

 Di kemudian hari Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Rasul Petrus menuliskan bahwa kita ditebus oleh darah yang mahal dan tiada bercela (1 Ptr. 1:18-20; 2:24). Penulis Ibrani menegaskan bahwa darah Kristus yang tiada bercacat itu menyucikan hati nurani kita dari segala kejahatan supaya dilayakkan beribadah kepada Allah yang hidup (Ibr. 9:14).

 Jadi, dari saat kelahiran-Nya pun, Yesus Kristus telah nyata sebagai korban yang akan dipersembahkan untuk pengampunan dosa dunia. Dia diutus Bapa-Nya bagi tugas khusus itu. Karena itu dikatakan, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapak-Ku” (Yoh. 10:18-19). Tidak mengherankan bila salah satu perkataan Tuhan di salib adalah, “Sudah selesai!” Setelah itu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yoh. 19:30).

 Perayaan Natal patut menjadi sangat bermakna bagi kita. Perayaan itu memang menjadi tradisi gereja setelah abad ke-4. Sebelumnya mereka fokus kepada perayaan Paskah saja, sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yesus atas kematian-Nya di salib dan kebangkitan-Nya dari kubur pada hari ketiga. Perayaan Natal, seyogianya memotivasi kita bersyukur bahwa Allah datang melawat manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus.

 Kita patut berterima kasih karena TUHAN berkenan memakai STA Tiranus menjadi wadah tempat belajar mahasiswa agar lebih mengenal pribadi, ajaran dan karya Tuhan Yesus Kristus (Kol. 2:6,7). Mereka belajar menjadi murid-Nya. Selanjutnya, mereka menjadi pengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus melalui beragam bentuk pelayanan. Mereka akan dipakai Tuhan mengajarkan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya (Mat. 28:19), sebagaimana dapat mereka ketahui dari keempat kitab Injil dan keseluruhan Perjanjian Baru.

 Terima kasih banyak atas dukungan Bapak, Ibu dan Saudara bagi pekerjaan Tuhan kita dalam satu tahun berlalu. Anda sudah turut mengambil bagian dalam perlengkapan hamba-hamba Tuhan yang akan memberitakan Tuhan Yesus melalui perkataan, perbuatan, sikap hidup dan kehadiran kuasa Roh Kudus yang membawa kesembuhan dan pemulihan.

Mohon sedia pula mendukung kami dalam doa untuk beberapa hal berikut:

1. Tiga mahasiswa program pascasarjana yang sudah lulus ujian tesis pada hari Rabu, 4

    Desember 2019, yakni: Sherly E. Kawengian, Sri Fani Mbonohu, dan Benny Prakarsa Yustianto.

2. Rapat Kerja program pelayanan ke depan pada hari Senin, 9-11 Desember 2019, semoga membuahkan kemajuan bagi kinerja lembaga.

3. Pada tanggal 16 – 31 Desember para dosen dan tenaga kependidikan menikmati masa libur Natal, dan kiranya menjadi berkat bagi keluarga dan warga jemaat yang dilayani.

4. Pada 6 Januari s/d 2 Februari 2020, para dosen dan staf melayani para mahasiswa program pascasarjana. Kiranya hikmat dan kuasa Tuhan Yesus melimpahi.

5. Kiranya TUHAN terus mencukupkan dana operasional STA Tiranus Rp. 303 juta per bulan.

 Demikian informasi kami dari kampus Cihanjuang dengan ucapan:

Selamat Hari Natal 25 Desember 2019

Teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:

 Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamat email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum Tiranus, Ibu Lidya Cahyo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.

DKK November 2019

Cihanjuang, November 2019

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!

Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Apa kabar Bapak dan Ibu serta Saudara/i pendukung Tiranus? Kami semua di kampus, juga tiada henti bersyukur kepada Allah Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus dan Roh Kudus, karena memiliki para pendukung setia. Dalam kegiatan doa pagi setiap hari Senin, doa syafaat dalam ibadah Kamis, serta dalam doa puasa di hari Jumat siang, kami memohon kepada Tuhan supaya kasih karunia-Nya melimpahi para mitra dan calon mitra Tiranus.

Izinkah saya secara ringkas berbagi sukacita. Di bulan November ini saya terpesona dengan kecerdasan iman wanita Siro Fenesia, suku Kanaan (Mat. 5:21-28). Anaknya perempuan sakit, dan sangat menderita karena dirasuk setan. Saya kira pikiran dan hati ibu itu pun amat menderita. Maka saat berjumpa Yesus diserukan, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (22).

Tuhan diam sejenak. Entah mengapa. Diamnya Tuhan ditafsir para murid seolah Sang Guru menolak beri tolongan. Motif rasisme dan perbedaan gender membuat mereka desak Yesus dengan perkataan, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak” (23). Saya sendiri merasa prihatian dengan ucapan para murid itu. Tampak kehampaan belas kasihan, kontras dengan Sang Guru yang memanggil dan mengajar mereka (Mat. 9:35-36).

Saat Orang Nazaret itu berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel,” perempuan berbeban berat itu malah mendekat dan menyembah sambil berkata: “Tuhan tolonglah aku” (24-25). Ketika Tuhan kemukakan sebuah kelaziman di rumah orang kaya di Israel, bahwa roti yang disediakan bagi anak-anak tidak patut diambil lalu diserahkan kepada anjing peliharaan di rumah, perempuan itu menjawab, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (26-27).

Cerdas sekali. Perempuan itu tidak tersinggung. Ia tidak risau dengar kata anjing. Sebaliknya, wanita non-yahudi itu fokus kepada remah-remah roti yang jatuh dari meja tuan. Perempuan itu tidak minta roti yang menjadi hak anak. Ia hanya mohonkan remah-remah. Wanita itu tahu bahwa tugas Yesus pertama-tama kepada umat Israel yang terhilang, nyatakan injil Kerajaan Sorga tentang kebenaran, kuasa dan kasih Allah. Ia cuma minta sedikit kemurahan yang tersedia untuk bangsa pilihan, bagi kesembuhan anak dan bagi pemulihan hatinya.

Sangat mengejutkan tentunya ketika para murid dengar Yesus berkata, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki” (28). Perempuan itu disebut ibu dan diapresiasi. Dituliskan oleh Matius, bahwa “seketika itu juga anaknya sembuh.” Saya melihat iman sebesar biji sesawi dalam diri perempuan itu. Iman yang kecil mampu mendatangkan berkat besar dari Anak Daud, Mesias, yang penuh belas kasih! Wanita itu mengajarkan bahwa keyakinan kuat membangkitkan kegigihan berseru kepada Sang Juruselamat. Berhasil!

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia sebenarnya kita pun tidak patut dilawat Tuhan Yesus. Namun, kasih Allah bagi segala suku bangsa buat kita beroleh pengampunan dosa, jaminan kehidupan kekal, jawab-jawaban doa dan bahkan hidup berkemenangan. Bahkan secara ajaib Allah menyediakan Tiranus menjadi tempat orang bertumbuh dalam pengenalan akan kasih karunia yang besar di dalam Tuhan Yesus Kristus. Lembaga berusia 53 tahun ini (1966-sekarang) terus mendapat tuntunan, naungan, bimbingan dan pencukupan dari Allah yang maha pemurah dan penyayang.

 Kemurahan-Nya atas diri Pak Raskita Barus. Puji Tuhan, beliau telah berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan Dewan Penguji disertasinya di Torch International University di Seoul, pada hari Jumat 22 November 2019. Kami bisa merasakan bahwa beban yang selama ini menindihnya telah dilepas oleh kebaikan Tuhan Yesus sang mahacerdas. Beliau masih akan merampungkan perbaikan disertasi hingga mengikuti wisuda pada 27 Desember.

 Kemurahan-Nya akan menuntun dosen lain. Kita patut mendukung Pdt. Edi S. Ginting yang tengah menunggu hasil penilaian disertasi dari supervisornya di STT Jakarta. Jika berjalan baik, Pak Ginting segera mengikuti ujian disertasi. Sudah satu semester Pak Hery Setio Adi (M.Th) bergumul dengan studi pradoktoral dalam Perjanjian Lama, di STT Cipanas. Sdr. Herry Susanto (M.Th) tengah memempersiapkan diri bagi studi Ph.D bidang Perjanjian Baru di Ottago University mulai bulan April 2020.

 Kemurahan-Nya menaungi mahasiswa praktik. Sebanyak 17 orang mahasiswa semester tujuh kini berada di berbagai lokasi. Mereka tengah ditempa Sang Pemberi Amanat Agung menghadapi peluang dan tantangan khususnya penyesuaian diri dengan konteks, dengan tetap fokus kepada pewartaan Injil Yesus Kristus.

 Kemurahan-Nya bagi kampus. Renovasi tiga unit rumah sederhana untuk asrama mahasiswa berkeluarga kecil (Camprenik) hampir rampung pengerjaannya. Biaya tersedia melalui dukungan satu keluarga warga jemaat Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta. Puji Tuhan. Bagian depan samping dari Gedung Bale Luhung, yang roboh karena lapuk, sudah selesai diperbaiki. Biaya perbaikan sebesar 35 juta disediakan Tuhan melalui para alumni Tiranus. Hal itu adalah wujud kepedulian yang sangat berharga!

 Kemurahan untuk institusi. Tim kerja reakreditasi intitusi dibawah koordinasi Dr. Rudy Alouw terus menyiapkan beragam kelengkapan yang akan dikirmkan secara online awal Desember. Agar bona fide, menurut dua asesor BAN PT pada kunjungan di 2014, Tiranus harus memiliki dana abadi (buffer) sedikitnya 2 M rupiah. Atas kemurahan Tuhan, seorang hamba-Nya telah mengirimkan dana sebesar 50 juta rupiah untuk keperluan itu.

 Kemurahan untuk finansial lembaga. Laporan keuangan dari Bendahara ialah bahwa pada bulan Oktober, Tiranus didukung oleh 77 donatur. Saldo kas sebesar Rp. 453 juta, namun dengan defisit dana Rp. 26 juta. Kami ucapkan terima kasih atas dukungan doa dan dana Bapak, Ibu dan Saudara, juga untuk kesediaan sharing tentang informasi pekerjaan Tuhan di Tiranus yang mendidik 147 mahasiswa, kepada mereka yang terbeban.

 Dukungan doa. Tuhan Yesus kiranya memberi penghiburan bagi keluarga Serius Mendrofa/Ani Marbun, atas meninggalnya ayahanda pada hari Jumat 22 November 2019 di daerah Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kiranya perayaan Natal STA Tiranus, pada hari Sabtu 30 November 2019 mendatangkan kemuliaan bagi Allah yang kudus.

Demikian informasi dan teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:

 Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamat email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum Tiranus, Ibu Lidya Cahyo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.

DKK Oktober 2019

Cihanjuang, Oktober 2019

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!

Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Di bulan Oktober ini Gereja secara global memberi perhatian kembali kepada karya Allah pada 500 tahun lampau, yakni pembaruan atau reformasi. Martin Luther, John Calvin, Ulrich Zwingli dan tokoh reformator lainnya mengalami pembaruan hidup. Roh Allah membuat mereka sangat akrab dengan Tuhan Yesus Kristus. Mereka terpesona atas besarnya kasih Allah yang menyelamatkan orang berdosa dari hukuman kekal. Pengampunan dosa diterima karena kasih karunia Allah oleh sebab iman kepada Sang Juruselamat. Bukan oleh amal dan perbuatan.

 Kitab Injil mencatat perkataan Tuhan Yesus,“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Nikodemus, Perempuan Samaria, pegawai istana, pria lumpuh di tepi kolam Betsaida, Maria dan Marta, Maria Magdalena dan para murid yang dilatih selama tiga tahun lebih, adalah beberapa contoh orang yang mengalami perubahan hidup.

 Alkitab menyingkapkan Rasul Paulus termasuk di dalam deretan mereka yang mengalami pembaruan. Setelah sekitar empat belas tahun mengenal Kristus, melalui perjumpaan khusus di jalan menuju Damsyik, didampingi oleh beberapa sahabat ia kemudian memberitakan tentang Dia. Ia berperan sebagai pemberita Injil, rasul, dan pengajar (2 Tim. 1:11). Hal itu dilakukan karena keyakinan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu (2 Kor. 5:17).

 STA Tiranus wadah pembaruan hidup. Lembaga ini didirikan oleh para pendahulu termasuk Bapak Ir. Geritt J. Tindas dan almarhum Pdt. Prof. Dr. Stanley Heath karena telah mengalami sukacita dan damai sejahtera akibat kehadiran Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Allah mengutus banyak orang belajar kepada mereka di Institut Alkitab Tiranus yang kini bernama Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus. Sejak 1966 lebih dari 700 alumni Tiranus telah mengalami pembaruan hidup, dan sebab itu giat dan setia menuntun orang mengenal Sang Juruselamat melalui berbagai bentuk pelayanan.

 Alumni memfasilitasi pembaruan. Delapan orang alumni Tiranus telah diutus Tuhan menjadi saluran berkat bagi 70 mahasiswa program S-1 pada 6-11 Oktober 2019. Melalui swadana, mereka datang ke kampus lalu membimbing mahasiswa supaya lebih dekat dengan Tuhan, dan memahami firman-Nya. Mereka menyampaikan beragam pengalaman suka dan duka menjadi pengemban Amanat Agung. Beberapa mahasiswa mengaku telah diberi semangat oleh para pendahulu yang telah belajar di Tiranus. Pengalaman hidup yang mereka dengar, juga dialog yang diikuti serta kebersamaan yang dinikmati, membangkitkan pengharapan para mahasiswa.

 Gemakan pembaruan di Sumba. Dari 13-21 Oktober, Pak Purnawan, Pak Nimrod bersama istri, dan Sdr. Rio Marbun telah menjadi berkat bagi pemimpin gereja dan warga jemaat GKS, siswa sekolah SMP dan SMA, juga mahasiswa teologi yang ada di Waingapu dan sekitarnya. Tuhan Yesus yang sanggup memperbarui hidup agar berkemenangan dan menjadi berkat bagi sesama, itulah yang menjadi tekanan mereka melalui KKR dan Seminar yang disampaikan. Hamba-hamba Tuhan ini bekerjasama dengan tim pelayanan YPPI-Bandung.

 Pembaruan melalui riset dan penulisan. Dr. Dominggus Naat mendapat peluang dari Overseas Council Australia (OCA) yang bekerjasama dengan Persekutuan Antar Sekolah Tinggi Teologi Injili di Indonesia (PASTI), untuk melakukan penelitian literarur dan penulisan karya ilmiah di Christ College, Sydney, dari 14 Oktober hingga 3 Desember 2019. Beliau bersama lima dosen dan pimpinan perguruan tinggi teologi injili lainnya. Tiga orang di Sydney, dua orang di Brisbane dan satu orang di Merlbourne. Kiranya Tuhan membuat Dr. Naat membuahkan hasil yang berguna bagi pengembangan aspek penelitian dosen, disamping pengajaran dan pengabdian kepada gereja dan masyarakat yang dikerjakan.

 Diperbarui melalui pendidikan lanjutan. Kita patut terus mendukung Pdt. Edi S. Ginting merampungkan bagian akhir disertasinya di STT Jakarta. Begitu pula dengan usaha keras Pak Raskita Barus menuntaskan disertasi untuk Torch International University di Seoul, Korea, akhir tahun 2019 ini. Pak Hery Setio Adi (M.Th) sudah memulai studinya di tingkat doktoral dalam Perjanjian Lama, di STT Cipanas. Sdr. Herry Susanto (M.Th) tengah memempersiapkan diri bagi studi Ph.D bidang Perjanjian Baru di Ottago University mulai bulan April 2020. Semoga dalam waktu 3,5 tahun disertasinya rampung.

 Diperbarui melalui praktik. Sebanyak 17 orang mahasiswa semester tujuh kini berada di berbagai lokasi. Mereka tengah ditempa Sang Pemberi Amanat Agung menghadapi peluang dan tantangan khususnya penyesuaian diri dengan konteks, dengan tetap fokus kepada pewartaan Injil Yesus Kristus. Kiranya beragam pengalaman satu semester menajamkan spiritualitas, karakter dan keterampilan mereka.

 Perbaikan sarana di kampus. Tiga unit rumah sederhana untuk asrama mahasiswa berkeluarga kecil tengah dikerjakan. Biaya tersedia melalui dukungan satu keluarga warga jemaat Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta. Kini renovasi itu sudah pada tahap memasang lantai dan pembenahan bagian dalam ruangan. Puji Tuhan. Bagian depan samping dari Gedung Bale Luhung, yang roboh karena lapuk, akan segera diperbaiki. Perkiraan dana 40 juta rupiah, juga akan dipergunakan menguatkan bagian-bagian lain dari bangunan.

 Kebutuhan dana abadi institusi. Agar bona fide, menurut dua asesor BAN PT pada kunjungan di 2014, Tiranus harus memiliki dana abadi (buffer) sedikitnya 2 M rupiah. Atas kemurahan Tuhan, seorang hamba-Nya telah mengirimkan dana sebesar 50 juta rupiah untuk keperluan itu. Ditegaskan bahwa dana yang dikirimkan itu hanya untuk kebutuhan dana abadi lembaga. Ini merupakan tanda bahwa dana abadi itu tengah dikirimkan oleh Tuhan.

 Kebutuhan finansial lembaga. Laporan keuangan dari Bendahara ialah bahwa hingga akhir pertengahan September, Tiranus mengalami defisit sejumlah 69 juta rupiah sebagaimana ditunjukkan laporan singkat keuangan terlampir.

 Komunitas STA Tiranus terus diajar Sang Pemberi Amanat Agung untuk bersandar pada pemeliharaan-Nya, termasuk melalui Bapak/Ibu dan Saudara yang bersemangat mewujudkan visi dan misi Yesus Tuhan. Terima kasih banyak atas dukungan doa serta finansial bagi pencukupan dana operasional berjumlah Rp. 303 juta per bulan.

  Demikianlah informasi, ucapan syukur kepada Tuhan, dan permohonan doa yang dapat kami kemukakan dalam kesempatan ini. Terima kasih banyak.

Teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:

 Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamt email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum Tiranus, Ibu Lidya Chayo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.

DKK September 2019

Cihanjuang, September 2019

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!

Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Salam jumpa kembali Ibu, Bapak, dan Saudara! Apa kabar saat ini? Saya berharap bahwa selama di bulan September berkat Tuhan melimpah, sehingga kuat dan berhikmat menghadapi beragam tantangan dan peluang. Secara pribadi saya berdoa terus kepada Tuhan agar kisruh sosial dan politik, serta beragam kerugian karena bencana alam yang terjadi dapat teratasi dengan baik, dan dihadapi oleh masyarakat secara arif.

 Hari Minggu 22 September saya diminta oleh sebuah jemaat berkotbah terkait dengan ulang tahun kota Bandung ke-209. Saya mengajak warga jemaat berdoa serta berpartisipasi aktif bagi kesejahteraan kota dimana mereka ditempatkan (Yer. 29:7,8). Juga saya mengajak mereka memahami pesan Tuhan Yesus tentang identitas dan peran sebagai “garam dan terang dunia” (Mat. 5:13-16). Pesan rasul Paulus kepada Timotius, supaya menaikkan doa syafaat untuk pemerintah (1 Tim. 2:1-3) turut menjadi bagian isi kotbah.

 Saat memikirkan peran sebagai “garam dan terang dunia” dalam pengajaran Tuhan Yesus (Mat. 5-7), muncul pertanyaan tentang praktiknya. Lalu saya mengajak jemaat memahami bahwa sebagai “garam dan terang dunia,” para pengikut Tuhan pertama-tama “merendahkan hati di hadapan Allah” (5:3), sedia “berdukacita karena aniaya dan penolakan” (5:4,10-12), kemudian belajar “lemah lembut atau menguasai diri” (5:5), tetap “haus dan lapar akan kebenaran” (5:6), “bermurah hati” (5:7), “menjaga kesucian hati” (5:8), dan akhirnya berupaya “membawa damai” (5:9).

 Jalan-jalan itu tidak selalu mudah. Tuhan melukiskan perkara itu ibarat jalan sempit yang dihindarkan banyak orang (7:13-14). Jalan-jalan itu kerap menimbulkan kelelahan emosi dan mental. Namun, dengan selalu datang dan belajar kepada Kristus, dijanjikan bahwa batin yang lelah akan dilegakan-Nya (Mat. 11:28-30). Roh Kudus yang mendiami setiap orang percaya akan menguatkan, mengajari dan memampukan mereka (Yoh. 14:16-17, 26).

 Persiapan reakreditasi institusi. Dalam peran sebagai “garam dan terang” melalui pendidikan, salah satu fokus perhatian utama kami di kampus ialah persiapan reakreditasi institusi. Kelengkapan data dosen di pangkalan data perguruan tinggi yang selama ini kurang bagus, tengah dibenahi. Begitu pula dengan kelengkapan dokumen-dokumen terkait. Atas bimbingan Sdr. Feliks Samosir, yang cekatan di bidang manajemen sistem informasi perguruan tinggi, tiga staf kependidikan baru tampak membuat kemajuan berarti. Puji Tuhan.

 Lokakarya pendidikan teologi online. Meresponi kemajuan teknologi informasi dewasa ini perguruan tinggi umum dan perguruan tinggi teologi telah mengelola pembelajaran daring. Dalam kegiatan lokakarya yang difasilitasi Overseas Council International (OCI) di Bangkok, Thailand, pada 3-6 September lalu, B.S.Sidjabat bersama Rio Marbun menyaksikan bagaimana Bangkok Bible Seminary (BBS) melayani 140 mahasiswa yang tersebar di seluruh negara itu melalui pembelajaran online. Sebuah ruangan khusus tersedia di kampus dilengkapi dengan peralatan pendukung. Dr. Steve Taylor, teolog dari UK yang sudah 39 tahun di negeri gajah itu, mengembangkan pembelajaran daring itu. Dikatakan, diperlukan biaya sekitar USD5200 atau sekitar 72,8 juta rupiah untuk membangun ruangan khusus di BBS itu. Tiranus baru memiliki perangkat sederhana untuk melayani pembelajaran online itu, dan berdoa untuk pencukupan dana yang dibutuhkan.

 Pendidikan lanjutan dosen. Pendidikan lanjutan dosen di Tiranus terasa sangat mendesak untuk memenuhi kelengkapan dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional

(NIDN). Program pascasarjana (M.Th) menurut peraturan perguruan tinggi memerlukan lima dosen tetap penuh. Kini, dosen yang memiliki NIDN hanya empat orang, karena dosen yang berusia di atas 65 tahun langsung mendapat Nomor Urut Pendidik (NUP). Kita terus mendukung upaya Bapak Pdt. Edi S. Ginting merampungkan bagian akhir disertasinya di STT Jakarta. Begitu pula dengan usaha keras Bapak Raskita Barus menuntaskan disertasi untuk Torch International University di Seoul, Korea, akhir tahun 2019 ini.

 Kita bersyukur bahwa Bapak Hery Setio Adi (M.Th) sudah memulai studinya di tingkat doktoral dalam Perjanjian Lama, di STT Cipanas. Kita patut memuji Tuhan bahwa Langham Leadership Development di New Zealand telah mendesak Sdr. Herry Susanto (M.Th) untuk segera memempersiapkan diri bagi studi Ph.D bidang Perjanjian Baru di Ottago University di bawah asuhan Prof. Paul Trebilco. Jika semua berjalan baik, maka Sdr. Herry Susanto diharapkan memulai studi by research itu pada bulan Maret 2020. Kalau berlangsung sesuai rencana, istri bersama dua anak menyusul ke sana pada bulan Juli 2019. Semoga dalam waktu 3,5 tahun disertasinya tentang surat Kolose rampung.

 Pelayanan para alumni. Kita bersyukur bahwa para alumni yang baru diwisuda di bulan Juli 2019 lalu telah berada di beragam medan pelayanan gerejawi. Kita patut mendukung mereka di dalam doa supaya tetap setia, cendekia dan berhati mulai (berkarakter) dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus. Sangat menarik melihat karya Tuhan bagi Sdr. Jaka Sianipar (S.Th) yang bersama istri dan dua anak mereka, kini berada di pedalaman Kalimantan Tengah, melayani warga jemaat Gepembri. Kiranya Tuhan memampukan mereka menyesuaikan diri.

 Mahasiswa praktik dari program sarjana. Sebanyak 17 orang mahasiswa semester tujuh kini berada di berbagai lokasi. Mereka tengah ditempa Sang Pemberi Amanat Agung menghadapi peluang dan tantangan khususnya penyesuaian diri dengan konteks, dengan tetap fokus kepada pewartaan Injil Yesus Kristus. Kiranya beragam pengalaman satu semester menajamkan spiritualitas, karakter dan keterampilan mereka.

 Renovasi tiga unit asrama mahasiswa berkeluarga. Tiga unit rumah sederhana untuk asrama mahasiswa berkeluarga kecil tengah dikerjakan. Biaya tersedia melalui dukungan satu keluarga warga jemaat Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta. Kini renovasi itu sudah pada tahap memasang lantai dan pembenahan bagian dalam ruangan. Puji Tuhan.

 Kebutuhan finansial lembaga. Laporan keuangan dari Bendahara ialah bahwa hingga akhir pertengahan September, Tiranus mengalami defisit sejumlah 40 juta rupiah. Terima kasih banyak atas dukungan doa serta finansial dari Bapak/Ibu/Sdr bagi pencukupan dana operasional berjumlah Rp. 303 juta per bulan. Agar bona fide, menurut dua asesor BAN PT pada kunjungan di 2014, Tiranus harus memiliki dana abadi (buffer) sedikitnya 2 M rupiah.

  Demikianlah informasi, ucapan syukur kepada Tuhan, dan permohonan doa yang dapat kami kemukakan dalam kesempatan ini. Terima kasih banyak.

Teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:
Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamt email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum Tiranus, Ibu Lidya Chayo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.

Dari DKK Agustus 2019

Cihanjuang, Agustus 2019

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus!

Sahabat Tiranus yang saya kasihi,

Apa kabar Bapak, Ibu dan Saudara saat ini? Saya yakin bahwa di bulan Agustus ini dalam ibadah di gereja terdengar pemberitaan Firman Tuhan bertema kemerdekaan, terkait perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-74. Dalam pelayanan ibadah beberapa minggu lalu, saya mengajak jemaat memahami pernyataan Tuhan Yesus mengenai kemerdekaan, yang berkata, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu…Jadi, apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:31-32, 36).

 Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yesus yang mengerjakan kemerdekaan dalam roh dan jiwa, yang wujudnya mencakup kemenangan atas dosa, pencobaan dan godaan serta kebebasan dari rasa inferioritas, sehingga mampu partisipatif dalam pekerjaan-Nya di tengah dunia. Kita dimerdekakan dari perhambaan bahkan belenggu dosa, oleh kasih karunia Allah. Kita dimerdekakan untuk menjadi pribadi-pribadi yang gemar berbuat baik serta kebenaran (Titus 2:14). Kemerdekaan rohani itu pula yang memotivasi kita secara bersama-sama mengembangkan pekerjaan Kristus, untuk memperlengkapi mahasiswa, menjadi lulusan berkarakter dan kompeten melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Terpujilah Sang Juruselamat.

 Keseluruhan mahasiswa program Sarjana Teologi yang belajar semester Ganjil 2019/2020 ini adalah 87 orang. Mahasiswa baru yang dikirimkan Tuhan berjumlah 27 orang, berasal dari berbagai daerah, dengan usia majoritas 18-20 tahun. Artinya, mereka bergumul dengan pencarian kemantapan identitas diri. Sebagian besar mereka didanai oleh keluarga dan lembaga pengutus, dan sepuluh orang disponsori oleh seseorang yang memberi perhatian bagi mahasiswa dari wilayah dengan gereja-gereja tradisional sangat kuat. Mereka tentu akan kembali ke wilayahnya setelah menuntaskan studi, sebagaimana para lulusan sebelumnya.

 Sebenarnya lebih dari 35 orang yang mendaftar ke Tiranus namun terbentur oleh ketersediaan beasiswa baik yang berskala penuh maupun sebagian. Ini patut menjadi pokok doa kita, kiranya Tuhan mengirimkan sumber-sumber beasiswa bagi calon mahasiswa, di tahun depan. Minat calon mahasiswa untuk belajar di Tiranus cukup besar. Mereka mendapat informasi bahwa STA Tiranus berkomitmen menghasilkan lulusan menjadi pelaksana Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, melalui pelayanan pemberitaan Injil, pendidikan, penggembalaan, dan konseling.

 Mahasiswa program Pascasarjana yang aktif belajar kini berjumlah 53 orang, termasuk lima mahasiswa baru. Calon mahasiswa yang ingin belajar di jenjang ini pun cukup banyak, karena komitmen program studi kepada Amanat Agung Kristus. Namun, mereka terkendala oleh ketersediaan beasiswa. Mahasiswa di jalur ini mengikuti kuliah padat pada pertengahan Juni hingga pertengahan Juli 2019 lalu. Kini mereka tengah mengerjakan tugas-tugas perkuliahan sambil melakukan pekerjaan keseharian. Kita berdoa supaya mereka dapat menuntaskan studi dalam waktu dua hingga empat tahun, sesuai dengan peraturan perguruan tinggi yang berlaku.

 Staf kependidikan baru. Mengingat pekerjaan administrasi penting dalam memajukan pengelolaan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di Tiranus, maka diambil keputusan untuk menghadirkan tenaga kependidikan baru. Mereka itu ialah Sdr. Serius Mendrofa membantu tugas-tugas administrasi umum (BAUM). Sdr. Adi Samuel menjadi staf Unit Penjaminan Mutu Internal (UPMI). Sdri. Tina Raja, staf Keuangan dan Bendahara. Sdr. Beri Tarigan secara paruh waktu membantu pekerjaan BAAK dan pembelajaran online. Sdr. Samuel Samson beserta istrinya Linda, menjadi Bapak dan Ibu asrama, untuk dengan kasih membantu mahasiswa berkomunitas secara baik. Sebab, mahasiswa berasal dari berbagai latar belakang denominasi, suku dan budaya.

 Peninjauan ulang visi, misi dan tujuan Tiranus. Masa akreditasi STA Tiranus sebagai institusi akan berakhir 22 Juni 2020 (SK BAN-PT No. 538/SK/BAN-PT/Akred/PT/VI/2015). Seluruh kelengpakan data sesuai tuntutan instrumen harus diterima oleh BAN-PT paling lambat bulan Desember 2019. Oleh sebab itu, rapat khusus yang diikuti oleh stakeholders mencakup Pengurus Yayasan, Anggota Dewan Penyantun, Senat Dosen, wakil dosen, wakil mahasiswa, alumni dan pengguna alumni, diselenggarakan pada hari Senin-Selasa, 26-27 Agustus 2019. Disamping melakukan evaluasi kinerja lembaga pada periode empat tahun lalu (2015-2019), rumusan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai dasar lembaga telah dikemukakan. Setelah melakukan analisis SWOT, diungkapkan pula tujuh isu strategis yang akan menjadi pedoman perumusan Rencana Induk Pengembangan (Renip) untuk masa 2019-2045. Semua masukan itu akan digodok oleh Pengurus Yayasan bersama Senat Sekolah Tinggi, dalam waktu dekat, menjadi keputusan signifikan.

 Renovasi tiga unit asrama mahasiswa berkeluarga. Tiga unit rumah sederhana untuk asrama mahasiswa berkeluarga kecil tengah dikerjakan. Biaya disediakan Tuhan melalui dukungan satu keluarga warga jemaat Gepembri, Kelapa Gading, Jakarta. Kini renovasi itu sudah pada tahap pemasangan bubungan untuk atap, dengan kerangka baja ringan.

 Dosen yang menuntaskan studi. Bapak Hery Setio Adi sudah memulai studinya di tingkat doktoral dalam Perjanjian Lama, di STT Cipanas. Bapak Pdt. Edi S. Ginting, tengah merampungkan bagian akhir disertasi, di STT Jakarta. Bapak Raskita Barus, optimis menuntaskan disertasi untuk Torch International University di Seoul, Korea, akhir tahun 2019 ini. Ketuntasan studi mereka akan menguatkan kualitas pengajar di Tiranus, khususnya pada program Pascasarjana.

 Kebutuhan finansial lembaga. Laporan keuangan dari Bendahara ialah bahwa hingga akhir bulan Juli, Tiranus mengalami defisit sejumlah 114 juta rupiah. Kami memhon dukungan doa Bapak/Ibu/Sdr atas pencukupan dana operasional berjumlah Rp. 253 juta per bulan. Selain itu, kita terus memohon ketersediaan dana abadi Tiranus sedikitnya 2 M menurut assessor BAN PT.

  Demikianlah informasi, ucapan syukur kepada Tuhan, dan permohonan doa yang dapat kami kemukakan dalam kesempatan ini. Terima kasih banyak.

Teriring salam dan doa kami,

Dr. Binsen S. Sidjabat
NIDN 2312035701

Catatan:
Untuk menghemat biaya pengiriman DKK melalui pos, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara mengirimkan alamt email kepada: baum@tiranus.ac.id atau mengirimkan nomor WA Kepala Bagian Umum Tiranus, Ibu Lidya Chayo: 0821-1467-2781.Terima kasih banyak.